Kamis, 01 Agustus 2013

Cara Berdagang Rasulullah SAW

Di dalam cara berdagang Nabi Muhammad SAW, beliau adalah seorang pebisnis dan pedagang yang handal. Visi beliau dalam berdagang hanya satu, yaitu:
“Bahwa transaksi bisnis sama sekali tidak ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi, namun justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan etika yg tinggi. Adapun hasil yang didapat harus didistribusikan ke sebanyak mungkin umat.”
Prinsip yang beliau pegang cukup 3 hal saja, yaitu:
  1. Jujur
  2. Saling menguntungkan kedua pihak
  3. Hanya menjual produk yang bermutu tinggi
Tiga prinsip di atas menjiwai cara bisnis beliau. Berikut adalah teladan beliau sebagai seorang pedagang/penjual:
  1. Tidak boleh berbohong dan menipu pembeli mengenai barang yang dijual
  2. Carilah keuntungan yang wajar. Jika pembeli bertanya, sebutkan harga modalnya
  3. Kepada para pelanggan yang tidak mampu membayar kontan (tunai), berikanlah waktu untuk melunasinya. Bila dia betul-betul tidak mampu membayar setelah masa tenggat pengunduran itu, padahal dia telah berusaha, maka ikhlaskanlah
  4. Hindari sumpah yang berlebihan, apalagi sumpah palsu untuk mengelabui konsumen
  5. Lakukan transaksi jika telah ada kata sepakat antara penjual dan pembeli
  6. Lakukan penimbangan dan penakaran dengan benar dan setepat mungkin
  7. Camkan pada pembeli bahwa yang membayar di muka bahwa ia tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya (terbayar lunas terlebih dahulu)
  8. Jangan melakukan transaksi monopoli dalam perdagangan, berikan kesempatan yang lain untuk berdagang juga.
Semoga kita semua bisa meneladani beliau. Amin
Dhalil:
  1. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila dilakukan penjualan, katakanlah: tidak ada penipuan.”
  2. Rasulullah SAW bersabda, “Kedua belah pihak dalam transaksi perdagangan berhak membatalkan, selama mereka tidak berpisah. Jika mereka berkata benar, menjelaskan sesuatunya dengan jernih, maka transaksi mereka akan mendapatkan berkah. Tapi jika menyembunyikan sesuatu serta berdusta, maka berkah yang ada dalam transaksi mereka akan terhapus.” (Bukhari dan Muslim)
  3. Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata, “Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli, dan ketika dia membuat keputusan.” (HR Bukhari)
  4. Nasehat Rasulullah SAW, “Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan penjualan yang cepat, lalu menghapuskan berkah.”
  5. Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada.”
  6. Ibnu ‘Umar meriwayatkan dari Rasulullah SAW, “Kedua kelompok di dalam transaksi perdagangan memiliki hak untuk membatalkannya hanya sejauh mereka belum berpisah, keculai transasksi itu menyulitkan kelompok itu untuk membatalkannya.” (HR Bukhari dan Muslim) 
 Demikianlah teladan Nabi Muhammad SAW dalam berdagang, semoga dapat menjadi tuntunan bagi kita sebagai Umat nya

Sabtu, 13 Juli 2013

TANDA TANDA KEMATIAN MENURUT ISLAM


100 Hari Sebelum Hari Kematian

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka-mereka yg dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini, hanya apakah mereka sadar atau tidak saja. Tanda ini akan berlaku lazimnya setelah waktu Asar. Seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki akan mengalami getaran, seakan-akan menggigil.

Contohnya seperti daging sapi/kambing yang baru disembelih, dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya nikmat, dan bagi mereka yang sadar dan berdetak di hatinya bahwa mungkin ini adalah tanda kematian maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah sadar akan kehadiran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian , tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

40 Hari Sebelum Hari Kematian

Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arash Allah swt. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita antaranya adalah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang waktu.

Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.

7 Hari Sebelum Hari Kematian

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah sakit di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba dia berselera untuk makan.

3 Hari Sebelum Hari Kematian

Pada masa ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat diketahui/ dipahami maka berpuasalah kita setelah itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.

Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan turun, dan ini dapat diketahui jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 Hari Sebelum Hari Kematian

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di bahagian ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan dingin di bahagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikatmaut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

BERSIAP SIAPLAH, HARI ITU PASTI AKAN DATANG! SUDAH SIAPKAH BEKAL KITA?

Wallahu a’lam

Minggu, 30 Juni 2013

Nama Berhala yang di Sembah Kaum Kafir Quraisy

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat sekitar 360 berhala yang dijadikan sesembahan oleh orang orang kafir Quraisy. Mereka senantiasa mengagungkan dan memuja berhala berhala itu. Beberapa sahabat Nabi SAW dahulunya juga ada yang pernah menjadi Penyembah berhala. Namun setelah datangnya Islam, mereka menyerahkan jiwa raganya untuk berbakti dan hanya menyembah Tuan yang satu, yakni Allah SWT.

Salah seorang sahabat yang pernah menyembah berhala-berhala itu adalah Umar bin Khattab. Diceritakan, Umar terkadang tersenyum bila dia mengingat perbuatannya sebelum Islam. Ia membuat sebuah adonan dari gandum untuk dijadikan sesembahan. Namun, pada saat ia kelaparan, ia pun memotong adonan itu dan kemudian memakannya.

Berikut adalah nama-nama yang diberikan kepada berhala-berhala pada masa jahiliyah itu.

Isaf dan Nailah
Berhala ini ditempatkan di pintu Ka’bah mesjid al-Haram.
Dhaizanan
Dua buah berhala yang dijadikan sesembahan oleh Judzaimah al-Abrasy di Hirah. Ada yang mengatakan, kedua berhala ini ditempatkan oleh Al-Mundzir al-Akbar di pintu Hirah agar setiap orang yang memasuki pintu Hirah bersujud kepada keduanya untuk menguji sekaligus mengetahui kepatuhan mereka.
Hubal
Berhala ini terdapat di dalam Ka’bah.
Uqaishir

Berhala milik Qudha’ah, Lakham, dan Amilah yang terletak di jalan utama kota Syam.
Al-Jalsad
Patung ini terletak di Hadramaut. Patung ini menjadi sembahan penduduk Kindah.
Dzul-Khalashah
Terletak di Tubalah antara Makkah dan Yaman. Berhala ini sangat diagungkan oleh kaum Kats’am, Bujailahzd As-Surat, dan orang-orang Hawazin yang tinggal disekitar mereka.
Dzusy Syara
Berhala ini dimiliki oleh Ban Harits bin Mubasyir Alazadi.
Dzul Kaffai
Berhala ini dimiliki oleh Daus
A’im
Berhala ini dimiliki oleh Azd As-Surat
Uzza
Berhala ini terdapat di sebelah kanan jalan dari Makkah menuju Irak. Uzza merupakan berhala yang paling besar di kalangan kaum Quraisy.
Lata
Berhala ini terletak di Kota Thaif. Sekarang, posisinya terletak di sebelah kiri menara Mesjid Ath-Thaif.
Manah
Merupakan berhala bangsa Arab yang paling tua. Berhala ini terletak di tepi pantai wilayah al-Musyallal di Qudaid, sebuah tempat antara Makkah dan Madinah.
Nasr
Sebuah berhala yang terdapat di Yaman. Berhala ini dibuat oleh penduduk Himyar dan mereka menyembahnya di daerah Balkha’
Wadd
Berhala ini dibuat oleh Kalb di Daumatul Jandal.
Ya’uq
Berhala ini dibuat oleh kabilah Hamdan di Desa Khaiwan, dekat kota Shan’a
Yaghuts
Berhala ini dibuat oleh Suku Madzhij dan penduduk Jurasy.

Demikian pendapat syauqi.

Mengutip hadits Nabi SAW riwayat Bukhari dari sanad Ibnu Abbas, dikatakan :

Patung-patung yang ada pad zaman Nabi Nuh AS merupakan patung-patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wadd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaguts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Ghatifdi lereng bukit yang terletak di Kota Saba.”

Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan, Nasr sesembahan Suku Himyar dan keluarga Dzi Kila’. Padahal, nama-nama itu adalah nama orang-orang saleh yang hidup zaman Nabi Nuh AS. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang dari kalangan mereka. Dari situlah, dimulai penyembahan terhadap berhala-berhala itu.

Wallahu'alam

Jumat, 28 Juni 2013

Adab Ketika Mendengar Kumandang Adzan


Adzan adalah seruan untuk segera mendirikan ibadah shalat fardhu. seorang yang menumandangkan adzan disubut juga muadzin atau yang lebih dikenal dengan "Bilal" mengambil berkat dari seorang muadzin yang bersuara merdu pada zaman Rasulullah saw yang bernama Bilal bin Rabah.

Kematian itu pasti akan datang. Hanya masa dan waktunya yang tidak kita ketahui. Coba kita amati. Mengapa kebanyakan orang yang sakaratul maut, hampir ajal tidak dapat berkata apa-apa… lidahnya kelu, keras dan hanya mimik mukanya yang menahan kesakitan ‘sakaratul maut’.

Diriwayatkan sebuah hadis yang bermaksud: “Hendaklah kamu mendiamkan diri ketika azan, jika tidak Allah SWT akan kelukan lidahnya ketika maut menghampirinya. “Ini jelas menunjukkan, kita disarankan agar mendiamkan diri, jangan berkata apa-apa pun semasa adzan berkumandang. Sebagai orang beragama Islam kita wajib menghormati azan. Banyak fadhilahnya. Jika lagu kebangsaan saja kita diajarkan agar berdiri tegak dan mendiamkan diri, lalu bagaimanakah sikapmu apabila mendengar adzan???

Dalam Shahih Muslim disebutkan:
“Seorang laki-laki buta berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan orang yang menuntunku ke masjid, apakah aku memiliki rukhshah (keringanan) untuk shalat di rumahku?’ Nabi SAW bertanya kepadanya, ‘Apakah… engkau mendengar panggilan (adzan) untuk shalat?’ Ia menjawab, ‘ya’. Beliau SAW bersabda, ‘Maka penuhilah’.”

Jika orang buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya wajib shalat berjamaah, apalagi orang yang sehat, bisa melihat dan tak memiliki udzur.

Rabu, 26 Juni 2013

NAMA BEBERAPA ISTRI NABI MUHAMMAD SAW

NAMA-NAMA ISTRI NABI MUHAMMAD SAW 



1. SITI KHADIJAH: Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain.

2. SAWDAH BINT ZAM’A: Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.

3. AISYAH SIDDIQA: Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aisha, putri dari Aby Bakrs, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Aby Bakr. Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan. Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aisyah sebelum kemudian mengawininya. Dan bapaknya Aishah, Abu Bakr pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW meninggal.

4. HAFSAH BINT UMAR: Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi. Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya. Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan kawin lagi. Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Usman dan Umar gembira.

5. ZAINAB BINT KHUZAYMA: Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D.

6. SALAMAH BINT UMAYYA: Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin. Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak. Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan merawat anak-anaknya, dia bersedia.

7. ZAYNAB BINT JAHSH: Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zaynab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al Kalby. Tapi perkawinan ini kandas ndak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zaynab (surat 33:37).

8. JUAYRIYAH BINT AL-HARITH: Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan. Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-Mustalaq). Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan uang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk memilih. Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk islam.

9. SAFIYYAH BINT HUYAYY: Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir. Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW. Cerita nya cukup menarik, mungkin Insya Allah disampaikan terpisah.

10. UMMU HABIBAH BINT SUFYAN: Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish. Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.

11. MAYMUNAH BINT AL-HARITH: Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun. Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya. Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi SAW.

12. MARIA AL-QABTIYYA: Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria (thx buat Joan) akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

Selasa, 25 Juni 2013

CERITA ABRAHAH DAN BALA TENTARANYA (TENTARA BERGAJAH)

Peristiwa ini bukan cerita mistik bertebaran dalam sejarah bangsa Arab tempo dulu. Ini bukan dongeng atau tahayyul belaka. Seandainya bangsa Arab tidak melihat burung Ababil menghancurkan Abrahah dan bala tentaranya atas izin Allah SWT, dengan kerikil panas dari neraka yang membara. 
Maka ketika jika ada seseorang menceritakan persitiwa itu kepada mereka, pasti mereka akan mengatakan orang itu gila. Mereka akan mengejek, sebagimana mereka mengejek Baginda Nabi Muhammad SAW, ketika beliau menceritakan bahwa dirinya telah isra’ dan mi’raj.
Pada abad keenam sekitar tahun 571 Masehi, saat itu Yaman dikuasai oleh seorang raja Kristen bernama Negus yang berhasil mengusir bangsa Yahudi dari negerinya. Seorang menterinya yang bernama Abrahah bin Al-Shobaah menemukan bahwa setiap tahunnya orang-orang dari berbagai belahan bumi bergegas dan berduyun-duyun pergi ke Kabah di Mekah untuk menunaikan haji
Diperintahkannya arsitek dan ahli bangunan terbaik untuk membangun Al-Qalies, sebuah geraja yang sangat besar dan indah di Kota San’a. Gereja ini dipersembahkan kepada Raja Najasyi serta merupakan bukti kuat keinginan Abrahah agar orang-orang melupakan Ka’bah.
Abrahah telah bersumpah untuk menghancurkan Ka’bah. Berangkatlah Abrahah ke Makkah beserta tentaranya dengan menunggangi gajah. Abrahah memimpin pasukan dengan menunggangi seekor gajah yang santa besar dan gagah. Gajah tersebut adalah hadiah dari Raja Najasyi karena Abrahah sudah membuatkan sebuah gereja yang indah
Abdul Muthalib bin Hasyim yang merupakan salah seorang pemuka Kaum Quraisy pun ‘pasrah’ (Dia bilang Ka’bah adalah milik Allah SWT jadi Allah SWT yang akan menjaganya), dia hanya meminta kepada Abrahah 200 ontanya dikembalikan kepadanya. Dia yakin benar, bahwa Allah sendiri yang akan menjaga rumahNya, Baitullah. Dan benarlah, Allah SWT mengirimkan pasukan burung Ababil, yang merontokkan pasukan Abrahah laksana dedaunan yang dimakan ulat.

Surat Al Fiil (105) ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Kaafiruun. Nama “Al Fiil” diambil dari kata “Al Fiil” yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya “gajah”.
AL FIIL (GAJAH) Surat ke 105 : 5 ayat
Qur’an menyebut peristiwa yang menewaskan Abrahah dan pasukannya dalam Surat Al-Fil. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan. Pendapat umum menyebut “Toiron Ababil” sebagai “Burung Ababil” atau “Burung yang berbondong-bondong”. Buku “Sejarah Hidup Muhammad” yang ditulis Muhammad Husain Haekal mengemukakannya sebagai wabah kuman cacar (wabah Sampar atau Anthrax – yang menewaskan sepertiga warga Eropa dan Timur Tengah di abad 14). Namun ada pula analisa yang menyebut pada tahun-tahun itu memang terjadi hujan meteor, hujan batu panas yang berjatuhan atau ‘terbang’ dari langit. Wallahua’lam.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
  1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
  2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?,
  3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
  4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
  5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Minggu, 23 Juni 2013

Mengapa Superman Lebih Tenar dari pada Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya

Akhir-akhir ini dunia sedang diramaikan dengan peluncuran film lama yang dirilis ulang, film Superman “manusia baja” yang bertugas menjaga keadamaian dibumi dengan segala kekuatannya dan dia menyamarkan dirinya sebagai manusia biasa.

Tokoh fiktif ini benar-benar membius jutaan orang dan membuat semua orang seolah-olah rugi untuk tidak menonton film tersebut. Bahkan di kalangan anak-anak mereka banyak yang terobesi dan berhayal untuk bertemu atau bahkan memimpikan menjadi sang super hero ini.


Fenomena ini tak luput melanda anak-anak di dunia islam. Mereka seakan tenggelam dengan keperkasaan, kepahlawanan dan ketulusan dari superman. Tak ayal lagi superman menjadi idola baru yang mengalahkan idola-idola yang seharusnya mereka ketahui yaitu Rasulullah saw dan para sahabatnya.


Cobalah kita tanya kepada anak-anak kita tentang dari mana keberadaan superman. Maka sebagian besar dari mereka akan menjawab dari “planet cryptone” yang sebenarnya hanyalah sebuah tempat khayalan. Sedangkan kalau kita coba tanyakan kapan Ali bin Abu thalib dilahirkan…?? Mungkin hanya sebagian kecil anak-anak yang benar-benar bisa  menjawabnya.


Melihat keadaan seperti ini penulis merasa miris. Jika saat ini mereka masih belum mengenal siapa pendahulu mereka yang menyebarkan agama islam dan sampai kepada akidah yang mereka ikut anut dari orang tua mereka, akan jadi apa generasi ini dimasa yang akan datang. Siapakah yang akan mereka teladani…??? Apakah Uswatun Hasanah dari Baginda Rasul dan Sahabat-sahabat beliau akan hilang terberangus oleh arus globalisasi yang diboncengi dengan teknologi yang serba mutakhir.


Sekarang terpulang kepada kita para pengajar dan orang tua dari anak-anak untuk menyikapi hal ini. Dimana pada saat ini perang pemikiran dari musuh islam sudah gencar mereka lakukan. Mereka tidak akan berani menghancurkan islam secara langsung karena dalam islam ada istilah “jihad” dan itu lah yang paling ditakuti musuh islam. Perang pemikiran inilah yang akan mereka gunakan untuk mejauhkan generasi islam dari agamanya yang pada akhirnya akan menghancurkan agama islam itu sendiri.


Mari kita bentengi anak-anak kita dengan menanamkan betapa RASULULLAH SAW DAN PARA SAHABAT BELIAU lebih mulia, lebih perkasa, dan lebih Super Hero dari pada Superman.
Semoga bermanfaat…..

Kamis, 20 Juni 2013

Sifat Terpuji Bangsa Arab Jahiliyah Sebelum Islam Turun

Kondisi keagamaan, politik, ekonomi, sosial dan moral arab jahiliyah yang buruk, tentu sudah banyak orang yang mendengar, walaupun keburukan tersebut tidak sebanding dengan hancurnya peradaban bangsa lain di sekitar jazirah arab, seperti Byzantium, Persia, dan India. Bagaimana peperangan diantara kabilah-kabilah, kemusyrikan mereka, dan sebagainya, tidak perlu lagi diceritakan disini.
Akan tetapi, tidak semua masyarakat Arab jahiliyah jahat, biadab, dan berkarakter negatif. Banyak juga dari mereka yang baik, tidak berzina, tidak minum khamr, tidak menumpahkan darah, tidak berbuat zalim, tidak memakan harta anak yatim, dan bersih dari transaksi riba. [1]  Terdapat karakter positif yang menjadi modal tegaknya panji Islam. Di antaranya adalah :


Pandai dan Cerdik
Hati mereka bersih dan belum terkontaminasi oleh filsafat, mitos dan khurafat, tidak seperti masyarakat India, Romawi dan Persia yang hatinya telah terjangkit penyakit-penyakit tersebut. Berbeda dengan mereka, kepolosan hati benar-benar layak untuk mengemban risalah agung. Mereka adalah sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang masih terpelihara. Islam mengarahkan tabiat pandai dan cerdik mereka untuk melindungi dan membela Islam. Daya pikir dan fitrah tertanam dalam diri mereka, sehingga tidak terjerumus dalam filsafat yang kosong, perdebatan bodoh ala Romawi  dan aliran ilmu kalam yang membingunkan.[2]
Bahasa Arab yang kaya menunjukkan bahwa mereka memiliki hafalan dan ingatan yang tajam. Bayangkan kata al-’asl (madu) memiliki 80 kosa kata, kata ats-tsa’alab (rubah) memiliki 200 kosa kata, bahkan kata ad-dahiyah (petaka) memiliki 4000 kosa kata. Tidak diragukan lagi kosa kata yang begitu banyak dan luas pasti membutuhkan ingatan yang kuat, tajam dan brilian.[3]
Saking pandai dan cerdasnya mereka, sehingga mereka dengan mudah memahami sebuah isyarat, terlebih lagi sebuah frase atau untaian kata.[4]

Dermawan dan Murah Hati
Karakter ini sangat mengakar pada diri masyarakat Arab. Misalkan salah seorang dari mereka hanya memiliki seekor unta, kemudian datanglah tamu kepadanya, maka ia tidak segan-segan menyembelihnya untuk dijadikan jamuan. Mereka tidak hanya menyuguhkan jamuan kepada manusia, tapi juga memberikan makanan kepada hewan liar. Bahkan kemurahan hati atau kedermawanan Hatim Ath-Tha’i telah diakui oleh para kafilah dagang. Seperti yang saya tonton dalam serial Omar di MNC TV menjelang subuh, dimana Umar bin Al-Khaththab begitu pemurah berbagi air dengan kafilah yang lain, padahal saat itu ia belum masuk Islam. Dan masih banyak lagi kemurahan hati orang Arab yang bisa dijadikan teladan.

Pemberani dan Ksatria
Mereka menyanjung orang yang matinya di medan perang, dan mecela mereka yang matinya diatas ranjang. Manakala seseorang mendengar berita kematian saudaranya, maka ia akan berujar, “Jika seseorang terbunuh, maka ayahnya, saudaranya, atau pamannya yang akan membalaskan kematiannya. Demi Allah, sesungguhnya kami tidak ingin mati secara wajar, kami ingin mati di ujung tombak atau mati di bawah kilatan pedang.”
Masyarakat Arab jahiliyah tidak akan pernah memberikan apa pun, jika hal itu mengorbankan kemuliaan, harga diri dan istri. Mereka menganggap dirinya hina jika sampai hal ini terjadi.
Fitrah masyarakat Arab adalah pemberani dan sangat menjaga harga diri. Mereka tidak mau ada orang yang kuat menindas yang lemah, wanita, atau orang tua. Ketika ada seseorang meminta bantuan kepada mereka, maka mereka bersegera membantunya. Bagi mereka suatu kehinaan jika tidak membantu orang yang meminta pertolongan.

Kerinduan Masyarakat Arab pada Kebebasan
Secara fitrah, orang Arab sangat merindukan kebebasan. Ia ingin hidup merdeka dan rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan. Ia ingin hidup bebas tanpa ada kekuasaan yang mengaturnya. Ia juga tidak rela harga dirinya diinjak-injak, meskipun nyawa taruhannya. Mereka menolak ketidakadilan, tidak mau dihinakan, sebagaimana contoh berikut.
Suatu ketika Amr bin Hind, Raja Al-Hirah duduk bersama para sekutunya, lalu ia bertanya kepada mereka, “Apakah kalian pernah mengetahui ada salah satu orang Arab yang ibunya menolak jika menjadi pesuruh?” Mereka berkata, “Ya, kami tahu, dia adalah ibunya Amr bin Kultsum, si penyair hina.”
Raja kemudian memanggil Amr bin Kultsum agar menghadap dirinya. Lalu sang raja juga memanggil ibundanya untuk menemui  ibunya Amr bin Kultsum. Sebelumnya sang raja telah bersepakat dengan ibundanya agar mengatakan sesuatu kepada ibunya Amr bin Kultsum setelah ia menikmati jamuan makan, agar ia berkata, “Tolong ambilkan wadah yang ada di sampingmu.” Benar ketika ibunya Amr bin Kultsum datang dan selesai menikmati jamuan, maka ibunda sang raja berkata sebagaimana direncanakan. Maka ibunda Amr bin Kultsum berkata, “Hendaklah yang membutuhkan sesuatu mengerjakan apa yang menjadi kebutuhannya.” Ibunda raja yang kesal mengulang permintaan dengan sedikit memaksa dan memerintah. Maka ibunda Amr bin Kultsum berteriak, “Hai beraninya kamu menghina Bani Taghlib!” Amr pun sempat mendengar teriakan ibunya dan marahlah ia melihat ibunya diperlakukan dengan hina. Secepat kilat ia merebut pedang milik sang raja yang tergantung dan mengayunkannya ke kepada sang raja, Amr bin Hindun.[5]

Menepati Janji, Terbuka, Terus Terang dan Jujur
Mereka enggan berbohong dan menganggapnya aib. Mereka juga enggan ingkar janji. Oleh karena itu, kesaksian (syahadat) mereka dengan lisan sudah dianggap cukup bahwa mereka telah memeluk Islam. Keengganan mereka untuk berbohong bisa dibuktikan melalui kisah Abu Sufyan saat diundang Heraklius untuk ditanya mengenai Rasulullah. Abu Sufyan berkata, “Kalaulah aku tidak malu pada orang-orang disekitarku tentang Muhammad, pastilah aku akan berbohong.”[6]
Ada pun sifat orang Arab yang menepati janji bisa dibuktikan melalui perkataan An-Nu’man bin Al-Mundzir kepada Kisra (penguasa Persia), “Sesungguhnya lirikannya atau anggukannya merupakan ikatan janji yang tidak bisa ia lepaskan sampai nafas terakhirnya. Kayu yang sempat ia pungut dari tanah menjadi hutang baginya yang tidak mungkin ia miliki atau ia pendam begitu saja. Manakala ia dapati seseorang meminta perlindungan padanya meskipun orang itu jauh dari rumahnya dan ia terbunuh, maka ia tidak akan rela sehingga ia menumpas kabilah yang telah membunuhnya. Seorang penjahat bisa saja berlindung kepada mereka tanpa harus diketahui siapa dia dan apakah ia bagian dari kerabatnya atau bukan.[7]
Menepati janji merupakan sifat dasar masyarakat Arab, kemudian Islam datang dan mengarahkan sifat tersebut ke jalan yang benar. Islam tidak mentolerir siapa pun yang mencoba membuat hal-hal baru (mengada-ada), meskipun ia memiliki kedudukan atau dari keluarga terhormat. Nabi bersabda, “Allah melaknat orang yang berupaya melindungi orang yang membuat hal baru (mengada-ada)“.[8]
Ada beberapa kisah mengenai sifat mulia masyarakat Arab ini diantaranya:[9] Suatu ketika Harits bin ‘Ubbad memimpin kabilah Bakar untuk berperang melawan kabilah Taghlib yang dipimpin oleh Al-Muhalhal yang ditenggarai membunuh anaknya Harits. Alkisah Harits tidak tahu dan tidak mengenal sosok Muhalhal, lalu Harits menangkap seseorang dan bertanya mengenai keberadaan Muhalhal, padahal orang tersebut adalah Muhalhal itu sendiri. “Tunjukkan kepadaku dimana Muhalhal bin Rabi’ah dan setelah itu aku akan membebaskanmu.” Bentak Harits. Orang itu kemudian menjawab, “Kamu harus berjanji untuk melepaskanku, jika aku menunjukkan keberadaan Muhalhal.” Harits menjawab, “Ya.” Dengan sigap orang itu menjawab, “Aku lah Muhalhal, orang yang engkau cari.” Harits kaget bukan kepalang, tapi karena sudah berjanji  maka Harits pun meninggalkannya.
Dalam kisah lain diceritakan, Nu’man bin Al-Mundzir sangat risau pada Kisra, ketika dia tidak mau mengawinkan putrinya dengan Kisra. Suatu hari dia menitipkan perlengkapan sejata dan istrinya di rumah Hani’ bin Mas’ud Asy-Syaibani. Setelah itu ia pergi menemui Kisra, kemudian Kisra membunuhnya. Setelah itu Kisra mengutus seseorang menemui Hani’ dan menagih titipan Nu’man, akan tetapi ia menolaknya. Akhirnya Kisra mengirim pasukan untuk menyerang Hani’, dan Hani’ pun mengumpulkan seluruh anggota Bani Bakar. Lalu dia berpidato di hadapan mereka semua, “Wahai Bani Bakar, kematian karena suatu alasan lebih baik daripada lari menyelamatkan diri. Sesungguhnya ancaman apa pun tidak akan mampu menyelamatkan takdir dan sesungguhnya kesabaran menjadi penyebab akan diraihnya kemenangan. Lebih baik mati daripada hidup terhina. Menjemput kematian itu lebih utama daripada mundur. Mati terbunuh di tempat penjagalan itu lebih mulia daripada mati diatas ranjang kayu dan dilihat banyak orang. Wahai Bani Bakar berperanglah kalian semua, sesungguhnya tidak ada yang bisa lari dari kematian.”[10]
Bani Bakar akhirnya mampu mengalahkan tentara Persia dalam pertempuran yang terjadi di Dzi Qar. Kemenangan tersebut disebabkan karena mereka tidak mau hidup  terhina. Dia lebih memilih kematian demi memenuhi janjinya pada Nu’man.

Sabar Menghadapi Musibah dan Rela Walau Hanya Mendapatkan Sedikit
Masyarakat Arab jahiliyah berkomentar tentang makanan, “Makan terlalu kenyang dapat menghilangkan kecerdasan.” Mereka juga menganggap aib jika seseorang memiliki sifat rakus dan suka makan.
Selain itu, mereka memiliki sifat yang begitu menakjubkan, yakni sangat bersabar menghadapi cobaan dan ujian. Barangkali semua itu karena mereka ditempa untuk biasa hidup di kawasan gurun pasir kering. Mereka terbiasa mendaki gunung terjal dan berjalan jauh di bawah terik matahari. Mereka tidak memperdulikan cuaca panas dan dingin. Rintangan perjalanan dan jauhnya jarak tempuh bukanlah masalah bagi mereka. Rasa haus dan lapar bukanlah persoalan utama. Manakala mereka memeluk Islam, kesabaran, ketabahan dan keridhaan mereka menjadi suri teladan yang sempurna. Di antara mereka ada yang hidup berhari-hari hanya dengan makan beberapa butir kurma sekedar untuk menegakkan tulang punggungnya dan beberapa tetes air sekedar untuk membasahi hatinya.[11]

Berjiwa Kuat dan Memiliki Fisik Tangguh
Masyarakat Arab, selain dikenal berfisik tangguh, juga memiliki jiwa yang kuat dan besar. Ketika kedua kekuatan itu bersatu pada seseorang, maka ia dapat melakukan sesuatu yang mengangumkan dan luar biasa. Hal ini dapat terlihat tatkala mereka masuk Islam. Dalam sebuah duel, ketika mereka sudah dapat mengalahkan musuh, mereka akan memaafkan dan meninggalkannya. Mereka tidak mau melukai atau membunuhnya. Mereka sangat menjunjung tinggi hak-hak tetangga, terlebih lagi kepada kaum wanita. Mereka juga sangat menjaga harga diri.
Manakala ada seseorang yang meminta perlindungan kepada mereka, dengan mudah, mereka akan memberikan perlindungan. Bahkan, mereka akan mengorbankan jiwa, anak dan harta demi membelanya.
Perilaku dan akhlak terpuji merupakan harta yang amat berharga bagi masyarakat Arab. Saat Islam datang, akhlak terpuji ini semakin tumbuh dan mengakar pada jiwa mereka. Islam kemudian mengarahkan akhlak tersebut kepada kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, jangan heran jika mereka keluar dari padang pasir, mereka laksana malaikat suci. Mereka muncul ke permukaan bumi dan berupaya memenuhinya dengan cahaya keimanan, padahal sebelumnya kekufuran telah membanjiri hingga ke sudut-sudutnya. Mereka berupaya memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya bergelut dengan kezaliman, dan memenuhinya dengan pekerti, setelah sebelumnya disibukkan dengan perbuatan hina. Mereka juga berupaya memenuhi bumi dengan kebaikan, setelah keburukan tersebar dimana-mana.
Demikianlah penjelasan sederhana mengenai sikap positif bangsa Arab jahiliyah. Dibanding bangsa-bangsa yang semasa dengannya, bangsa Arab merupakan bangsa yang kondisi sosial dan moralnya paling baik. Oleh karena itu, dari bangsa ini lah Allah memilih salah satu sosok untuk menjadi utusan-Nya. Bangsa arab secara milieu adalah bangsa yang langka dan mulia dibanding bangsa-bangsa lainnya seperti Persia, Romawi, India, dan Yunani. Tapi mengapa Allah tidak memilih utusan dari kalangan Persia yang kaya dengan ilmu pengetahuan atau dari bangsa India yang terkenal dengan filsafatnya, atau dari bangsa Romawi yang terkenal dengan artistiknya, atau Yunani yang terkenal dengan sastra dan daya imajinasi yang tinggi. Akan tetapi Allah justru memilih seorang Rasul dari masyarakat yang peradabannya masih baru seumur jagung. Alasannya adalah karena memang bangsa-bangsa selain Arab biarpun memiliki peradaban yang tinggi dan kaya ilmu pengetahuan, namun mereka tidak memiliki sesuatu yang dimiliki bangsa Arab, yaitu fitrah bangsa yang bersih, cinta kebebasan, dan jiwa yang kokoh serta mulia

Selasa, 18 Juni 2013

Kebiasaan Buruk Bangsa Arab sebelum Islam



Sebelum islam datang disebut juga Zaman Jahiliyah atau lebih dikenal dengan zaman kebodohan. Bodoh disini bukan dalam artian tidak berpendidikan, namun lebih kepada bodoh dalam hal aqidah dan prilaku.

Dianatara bberapa sifat tercela bangsa arab sebelum datangnya islam adalah 


      1. Menyembah berhala
Berhala yang disembah bangsa arab pada saat itu bermacam-macaam bentuknya dan bahan pembuatanya tergantung dari status social dan ekonomi mereka pada sat itu. Ada yang membuat berhala dari emas karena ekonomi mereka dari klangan atas. Ada yang dari kayu bahkan ada juga berhala yang mereka buat dari bahan makanan (tepung gandum) yang pada akhirnya jika mereka lapar maka mereka akanmemakan Tuhan mereka tersebut.


      2. Mengawini bekas istri ayahnya

Adat banagsa arab pada saat itu menyatakan jika seorang ayah meninggal dan mempunyai istri maka istri tersebut di anggap sebagai warisan dan hrus dikawini oleh anaknya.
 

      3. Suka berfoya-foya

Inilah yang menjadi kebiasaan bangsa arab secara keseluruhan. Mereka bangga jika sudah pernah melakukan dosa dengan caara minum khamar dan mabok-mabokan sambil berfoya-foya.




      4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup

Bagi banagsa arab pada saat itu mempunyai anak perempuan adalah suatu aib yang besar. Karena menurut mereka anak perempuaan hanya menyulitkan dan tidak bisaa diajak berdagang dan berperang oleh sebab itu untuk menghilangkan aib tersebut mereka akan dengan ringan hati mengubur anak perempuana mereka hidup-hidup.

Demikianlah beberapa sifat tercela bangsa arab sebelum islam. Besar harapan penulis, postingan ini ada manfaatnya.. baik itu buat diri pribadai penulis maupun buat semua orang islam paada umumnya.. amiiiin…..

Selasa, 11 Juni 2013

Permenpandiknas no.16 thn 2009 Sebagai Acuan PNS Naik Pangkat

Bagi para PNS naik pangkat adalah hal yang pasti dinanti-nantikan. Namun tidak sedikit PNS yangh masih belum mengerti bagaimana dan apa yang harus dilakukan jika ingin naik pangkat..
Berikut saya berikan link download permenpandiknas no 16 thn 2009 sebagai acuan naik pangkast para PNS. 

Download Permenpandiknas no.16 thn 2009 

Setelah anda  klik link di atas maka anda akan dibawa kepada satu halaman tunggu 5 detik di halaman tersebut. Selanjutnya pada bagian kanan atas akan muncul "Skip Ads" silakan anda klik "Skip Ads" tersebut. Selanjutnya anda sudah siap untuk mendownload Permenpandiknas no.16 thn 2009
dalam bentuk pdf.
Semoga Berkenan

Senin, 10 Juni 2013

Tahun 2013 akan digelar Penerimaan CPNS secara besar-besaran

Seleksi atau tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) secara nasional akan digelar pada Agustus 2013. Diperkirakan tahun ini sekitar kurang lebih 110 ribu PNS memasuki masa pensiun. Pemerintah berencana membuka pengadaan CPNS baru sebanyak 169 ribu orang tahun ini. Jumlah itu sudah termasuk program penyelesaian pegawai honorer yang masih tersisa.

Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) saat ini masih menunggu usulan kebutuhan CPNS dari daerah. Setiap daerah harus mengusulkan berapa jumlah CPNS yang dibutuhkannya. Kemenpan-RB masih akan melakukan penentuan kuota formasi jurusan dan usulan dari daerah.

Jumlah Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kategori 2 yaitu yang tidak digaji dari APBN/APBD, jumlahnya mencapai 500 ribu. Setelah ditentukan jumlah kuota yang akan diterima untuk PTT K2, akan lakukan tes untuk pada Juli atau Agustus. Sementara untuk formasi dari umum akan diterima sekitar 60 ribu CPNS

"Untuk penerimaan dari kategori umum 60 ribuan," kata Wamen PAN-RB Eko Prasojo dikutip dari Tribunnews.com (10/05/2013)

Tes penerimaan Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kategori 2, akan disamakan dengan tes penerimaan reguler, diantaranya tes kepribadian, tes potensi akademik dan tes wawasan kebangsaan. Tes CPNS ini akan dilaksanakan serentak pada Agustus 2013.

Untuk penerimaan CPNS dari pelamar umum dibagi untuk pemerintah pusat dan daerah. Penerimaan pegawai disesuaikan kebutuhan pemerintah pusat dan daerah. Wamen PAN-RB memperkirakan perekrutan pegawai tahun 2014 kurang lebih sama dengan penerimaan tahun ini. Baru pada tahun 2015 bisa lebih leluasa setelah pegawai honor mendapat prioritas. 


Ayo teman-teman siapkan dirimu.... !

Sabtu, 04 Mei 2013

Cerita Tentang Wahyu yang Pertama Kali Turun

Nabi Muhammad saw lahir ada tahun 570 Masehi. Pada tahun 610 Masehi bertepatan diusianya yang ke-40. Beliau diangkat menjadi utusan Allah juga seorang nabiullah di akhir jaman. Dengan tegas Nabi saw sabdakan, bahwa tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad saw. Mayoritas ahli sejarah berpendapat turunnya surat al-alaq pada malam 17 Ramadlan tahun ke-41 Tahun Gajah. Yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi; wallahu a’lam. Inilah tahun yang menentukan sejarah dunia berubah, dari kegelapan menuju cahaya keimanan. Inilah pertanda bangkitnya kaum yang beriman di muka bumi. Yang mengimani Allah ta’ala. Di mana dunia dan kehidupan umat manusia, khususnya jahiliah di Jazirah Arab, diluruskan ke dalam sikap mental, perilaku, dan cara berpikir yang dicintai oleh Allah ta’ala. Sebuah tatatan dunia baru yang mengedepankan: Mengabdi kepada Allah swt, demi mendapatkan cinta-Nya; Memperjuangkan kebenaran, demi tegaknya kebenaran yang hakiki; dan Mengangkat harkat-derajat-martabat umat manusia, demi kemanusiaan.
 

Kedatangan Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Gua Hira

Ibnu Ishaq berkata bahwa Wahb bin Kaisan berkata kepadaku, bahwa Ubaid berkata,
"Pada bulan itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Gua Hira'. Beliau memberi makan orang-orang miskin yang datang kepada beliau. Usai melakukan hal itu, aktifitas pertama beliau ialah pergi ke Ka'bah sebelum pulang ke rumahnya. Beliau thawaf di sekitar Ka'bah sebanyak tujuh kali atau lebih. Usai thawaf, beliau pulang ke rumah. Itulah yang terjadi hingga pada bulan di mana Allah berkehendak memuliakan beliau dengan mengutus sebagai Nabi pada bulan Ramadhan. Pada bulan tersebut, beliau ke Gua Hira' seperti biasanya dengan diikuti keluarganya. Pada suatu malam Allah memuliakan beliau dengan memberi risalah dan rnerahmati hamba-hambaNya dengan beliau, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa perintah Allah Ta 'ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda, "Jibril datang kepadaku pada saat aku tidur dengan membawa secarik kain Dibaj dan dalamnya terdapat tulisan. Malaikat Jibril berkata, `Bacalah!' Aku berkata,`Alcu tidak bisa membaca.' Malaikat Jibril mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati kemudian ia melepas cekikannya dan berkata, `Bacalah!' Aku menjawab, 'Apa yang harus aku baca?' Malaikat Jibril kembali mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepas cekikannya dan berkata, `Bacalah!' Aku berkata, 'Apa yang harus aku Baca?'

Jibril kembali mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepas cekikannya, dan berkata, `Bacalah!' Aku berkata, 'Apa yang harus aku Baca?' Aku berkata seperti itu dengan harapan ia mengulangi apa yang sebelumnya ia lakukan terhadap diriku. Kemudian ia berkata, 'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.' (Al-Ala: 1-5). 
Aku pun membacanya, sedang Jibril pergi dari hadapanku. 

Setelah itu, aku bangun dari tidurku dan aku merasakan ada sesuatu yang tertulis dalam hatiku. Kemudian aku keluar dari Gua Hira.

Ketika aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah dan aku adalah jibril". Aku hadapkan kepalaku ke langit, saat itu kulihat jibril menjelma seperti orang laki-laki yang membentangkan kedua lututnya ke ufuk langit. Jibril berkata lagi, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah, dan aku adalah jibril". Aku berdiri untuk melihatnya tanpa maju dan mundur. Aku arahkan pandanganku kepadanya di ufuk langit, dan aku tidak melihat arah manapun melainkan aku lihat dia berada di sana. Aku berdiri diam terpaku; tidak maju dan tidak mundur, hingga akhirnya Khadijah mengutus orang-orangnya untuk mencariku. Mereka tiba di Makkah Atas dan kembali menemui Khadijah, sedang aku tetap berdiri di tempatku semula."

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menceritakan apa Yang Dialaminya kepada Khadijah

Ibnu Ishaq berkata bahwa Wahb bin Kaisan berkata kepadaku bahwa Ubaid berkata, "Kemudian Jibril pergi dari hadapanku, dan aku pulang menemui keluargaku. Ketika aku bertemu Khadijah, aku duduk di pahanya, dan bersandar padanya. Khadijah berkata, 'Hai Abu Al-Qasim, di mana engkau berada? Sungguh, aku telah mengutus orang-orangku untuk mencarimu hingga mereka tiba di Makkah atas, kemudian pulang tanpa membawa hasil.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, `Kemudian aku ceritakan kepada Khadijah kejadian yang baru aku alami. Khadijah berkata, `Saudara misanku, bergembiralah, dan tegarlah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, sungguh aku berharap kiranya engkau menjadi Nabi untuk umat ini'."

Khadijah Menceritakan apa Yang Dialami Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Waraqah bin Naufal

Ibnu Ishaq berkata bahwa Wahb bin Kaisan berkata kepadaku bahwa Ubaid berkata, "Khadijah berdiri dan mengemasi pakaiannya kemudian pergi ke rumah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai, saudara misannya. Waraqah adalah pemeluk agama Nasrani, membaca kitab-kitab, dan mendengar dan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Khadijah bercerita kepadanya persis seperti yang diceritakan Rasulullah Shallallahu wa Sallam kepadanya, bahwa beliau melihat dan mendengar sesuatu. Waraqah bin Naufal berkata, `Mahasuci Allah. Mahasuci Allah. Demi Dzat yang jiwa Waraqah ada di Tangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan benar, wahai Khadijah, sungguh suamimu didatangi Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa. Sungguh suamimu adalah Nabi untuk umat ini. Katakan padanya agar ia bersabar.' Kemudian Khadijah pulang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menceritakan perkataan Waraqah bin Naufal kepada beliau."

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bertemu Waraqah bin Naufal

Ibnu Ishaq berkata bahwa Wahb bin Kaisan berkata kepadaku, bahwa Ubaid berkata, "Usai melakukan penyendirian di Gua Hira', Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan aktifitas-aktifitas yang biasa beliau lakukan. Beliau pergi ke Ka'bah, dan thawaf di sekitarnya. Ketika beliau sedang thawaf, beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal berkata kepada beliau, `Keponakanku, ceritakan kepadaku apa yang telah engkau lihat dan engkau dengar!' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan apa yang beliau lihat dan dengar kepada Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal berkata, 'Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh engkau adalah Nabi untuk umat ini. Sungguh telah datang kepadamu Malaikat Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa. Sungguh, engkau pasti akan didustakan, diganggu, diusir, dan diperangi. Seandainya aku berada pada hail itu, pasti aku menolong Allah dengan pertolongan yang diketahui-Nya.' Kemudian Waraqah bin Naufal mendekatkan kepalanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mencium ubun-ubun beliau. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pulang ke rumahnya."

Kamis, 25 April 2013

Beberapa Alasan Mengapa Islam Turun di Tanah Arab

Bismilahirrahmanirrahim
Para penulis sirah nabawiyah seperti Syeikh Dr. Said Ramadhan Al-Buthi dan beberapa ulama lainnya memang pernah menuliskan apa yang anda tanyakan. Yaitu tentang beberapa rahasia dan hikmah di balik pemilihan Allah SWT atas jazirah arabia sebagai bumi pertama yang mendapatkan risalah Islam.
Rupanya turunnya Islam pertama di negeri arab bukan sekedar kebetulan. Juga bukan semata karena di sana ada tokoh paling jahat semacam Abu Jahal cs. Namun ada sekian banyak skenario samawi yang akhir-akhir ini mulai terkuak. Kita di zaman sekarang ini akan menyaksikan betapa rapi rencana besar dan strategi Allah jangka panjang, sehingga pilihan untuk menurunkan risalah terakhir-Nya memang negeri Arabia.
Meski tandus, tidak ada pohon dan air, namun negeri ini menyimpan banyak alasan untuk mendapatkan kehormatan itu. Beberapa di antaranya yang bisa kita gali adalah:
I. Di Jazirah Arab Ada Rumah Ibadah Pertama
Tanah Syam (Palestina) merupakan negeri para nabi dan rasul. Hampir semua nabi yang pernah ada di tanah itu. Sehingga hampir semua agama dilahirkan di tanah ini. Yahudi dan Nasrani adalah dua agama besar dalam sejarah manusia yang dilahirkan di negeri Syam.
Namun sesungguhnya rumah ibadah pertama di muka bumi justru tidak di Syam, melainkan di Jazirah Arabia. Yaitu dengan dibangunnya rumah Allah (Baitullah) yang pertama kali di tengah gurun pasir jazirah arabia.
Rumah ibadah pertama itu menurut riwayat dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia. Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas izin Allah untuk membangunnya. Lalu mereka bertawaf di sekeliling ka'bah itu sebagai upaya pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat peribadatan umat manusia hingga hari kiamat menjelang.
Ketika Adam as diturunkan ke muka bumi, beliau diturunkan di negeri yang sekarang dikenal dengan India. Sedangkan isterinya diturunkan di dekat ka'bah. Lalu atas izin Allah keduanya dipertemukan di Jabal Rahmah, beberapa kilometer dari tempat dibangunnya ka'bah.
Maka jadilah wilayah sekitar ka'bah itu sebagai tempat tinggal mereka dan ka'bah sebagai tempat pusat peribadatan umat manusia. Dan di situlah seluruh umat manusia berasal dan di tempat itu pula manusia sejak dini sudah mengenal sebuah rumah ibadah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk manusia beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi manusia. (QS. Ali Imran: 96)
II. Jazirah Arabia Adalah Posisi Strategis
Bila kita cermati peta dunia, kita akan mendapati adanya banyak benua yang menjadi titik pusat peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia terletak di antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi pusat peradaban manusia.
Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah arabia adalh posisi yang strategis dan tepat berada di tengah-tengah dari pusat peradaban dunia.
Bahkan di masa itu, bangsa Arab mengenal dua jenis mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar adalah jenis mata uang emas yang berlaku di Barat yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham adalah mata uang perak yang dikenal di negeri timur seperti Persia. Dalam literatur fiqih Islam, baik dinar maupun dirham sama-sama diakui dan dipakai sebagai mata uang yang berlaku.
Ini menunjukkan bahwa jazirah arab punya akses yang mudah baik ke barat maupun ke timur. Bahkan ke utara maupun ke selatan, yaitu Syam di utara dan Yaman di Selatan.
Dengan demikian, ketika Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan diperintahkan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, sangat terbantu dengan posisi jazirah arabia yang memang sangat strategis dan tepat berada di pertemuan semua peradaban.
Kita tidak bisa membayangkan bila Islam diturunkan di wilayah kutub utara yang dingin dan jauh dari mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal di berbagai peradaban dunia.
Juga tidak bisa kita bayangkan bila Islam diturunkan di kepulauan Irian yang jauh dari peradaban manusia. Tentu Islam hingga hari ini masih mengalami kendala dalam penyebaran.
Sebaliknya, jazirah arabia itu memiliki akses jalan darat dan laut yang sama-sama bermanfaat. Sehingga para dai Islam bisa menelusuri kedua jalur itu dengan mudah.
Sehingga di abad pertama hijriyah sekalipun, Islam sudah masuk ke berbegai pusat peradaban dunia. Bahkan munurut HAMKA, di abad itu Islam sudah sampai ke negeri nusantara ini. Dan bahkan salahseorang shahabat yaitu Yazid bin Mu'awiyah ikut dalam rombongan para dai itu ke negeri ini dengan menyamar.
III. Kesucian Bangsa Arab
Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang adalah bahwa orang arab di masa Rasulullah SAW itu jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan ilmu pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk menjelaskan makna jahiliyah.
Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah sesungguhnya bukan ketertinggalan teknologi, juga bukan kesederhanaan kehidupan suatu bangsa. Jahiliyah dalam pandangan Quran adalah lawan dari Islam. Maka hukum jahiliyah adalah lawan dari hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah lawan dari kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari semangat Islam.
Bangsa arab memang sedikit terbelakang secara teknologi dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin terkotori oleh budaya kota, maka bangsa arab hidup dengan kemurnian niloai kemanusiaan yang masih asli.
Maka sifat jujur, amanah, saling menghormati dan keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota.
Sebagai contoh mudah, bangsa Arab punya akhlaq mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan bagian dari harga diri seorang arab sejati. Pantang bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang bagi bangsa arab menolak permintaan orang yang kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.
Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti minum khamar dan menyembah berhala, bangsa arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling ka'bah tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan peradaban barat yang amat menggemari patung. Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di arab tidak lain hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai imbas dari pergaulan mereka dengan budaya romawi, yunani dan yaman.
Termasuk juga minum khamar yang memabukkan, adalah budaya yang mereka import dari luar peradaban mereka.
Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati sesama merupakan akhlaq dan watak dasar yang tidak bisa hilang begitu saja. Dan watak dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai, apalagi generasi dai pertama.
Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani melakukannya. Sebab mereka punya nurani yang sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka lakukan adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah perintahkan. Begitu cahaya iman masuk ke dalam dada yang masih bersih dan suci, maka sinar itu membentuk proyeksi iman yang amal yang luar biasa. Berbeda dengan bani Israil yang dadanya sesat dengan noda jahiliyah, tak satu pun ayat turun kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang datang kecuali didustainya.
Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman sudah masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah adalah ending yang paling indah dibandingkan dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya adalah sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu bangsa arab berkumpul melakukan ibadah haji dan mendengarkan khutbah seorang nabi terakhir. Sejarah rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya semua bangsa arab. Bandingkan dengan sejarah kristen yang berakhir dengan terbunuhnya (diangkat) sang nabi. Atau yahudi yang berakhir dengan pengingkaran atas ajaran nabinya.
Hanya bangsa yang hatinya masih bersih saja yang mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia dan titik tolak penyebar agama terakhir ke seluruh penjuru dunia.
VI. Faktor Bahasa
Sudah menjadi ketetapan Allah SWT untuk mengirim nabi dengan bahasa umatnya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi antara nabi dan umatnya.
Namun ketika semua nabi telah terutus untuk semua elemen umat manusia, maka Allah menetapkan adanya nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia. Dan kelebihannya adalah bahwa risalah yang dibawa nabi tersebut akan tetap abadi terus hingga selesainya kehidupan di muka bumi ini.
Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa menampung informasi risalah secara abadi. Sebab para pengamat sejarah bahasa sepakat bahwa tiap bahasa itu punya masa eksis yang terbatas. Lewat dari masanya, maka bahasa itu akan tidak lagi dikenal orang atau bahkan hilang dari sejarah sama sekali.
Maka harus ada sebuah bahasa yang bersifat abadi dan tetap digunakan oleh sejumlah besar umat manusia sepanjang masa. Bahasa itu ternyata oleh pakar bahasa adalah bahasa arab, sebagai satu-satunya bahasa yang pernah ada dimuka bumi yang sudah berusia ribuan tahun dan hingga hari ini masih digunakan oleh sejumlah besar umat manusia.
Dan itulah rahasia mengapa Islam diturunkan di arab dengan seorang nabi yang berbicara dalam bahasa arab. Ternyata bahasa arab itu adalah bahasa tertua di dunia. Sejak zaman nabi Ibrahim as bahasa itu sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa bahasa arab adalah bahasa umat manusia yang pertama.
Logikanya sederhana, karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa bahasa ahli surga adalah bahasa arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu nabi Adam dan isterinya Hawwa yang keduanya pernah tinggal di surga. Wajar bila keduanya berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya turun ke bumi, maka bahasa kedua 'alien' itu adalah bahasa arab, sebagai bahasa tempat asal mereka. Dan ketika mereka berdua beranak pinak, sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan bahasa surga itu kepada nenek moyang manusia, yaitu bahasa arab.
Sebagai bahasa yang tertua di dunia, wajarlah bila bahasa arab memiliki jumlah kosa kata yang paling besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan penelitian yang menyebutkan bahwa bahasa arab memiliki sinonim yang paling banyak dalam penyebutan nama-nama benda. Misalnya untuk seekor unta, orang arab punya sekitar 800 kata yang identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan anjing ada sekitar 100 kata.
Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa menyamai bahasa arab dalam hal kekayaan perbendaharaannya. Dan dengan bahasa yang lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam disampaoikan dan Al-Quran diturunkan.
V. Arab Adalah Negeri Tanpa Kemajuan Material Sebelumnya
Seandainya sebelum turunnya Muhammad SAW bangsa arab sudah maju dari sisi peradaban materialis, maka bisa jadi orang akan menganggap bahwa Islam hanyalah berfungsi pada sisi moral saja. Orang akan beranggapan bahwa peradaban Islam hanya peradaban spritualis yang hanya mengacu kepada sisi ruhaniyah seseorang.
Namun ketika Islam diturunkan di jazirah arabia yang tidak punya peradaban materialis lalu tiba-tiba berhasil membangun peradana materialis itu di seluruh dunia, maka tahulah orang-orang bahwa Islam itu bukanlah makhluq sepotong-sepotong. Mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang multi dimensi. Islam mengandung masalah materi dan rohani.
Ketika sisi aqidah dan fikrah bangsa Arab sudah tertanam dengan Islam, ajaran Islam kemudian mengajak mereka membangun peradaban materialis yang menakjubkan dalam catatan sejarah manusia. Pusat-pusat peradaban berhasil dibangun bangsa-bangsa yang masuk Islam dan menjadikan peradaban mereka semakin maju.
Logikanya, bila di tanah gersang padang pasir itu bisa dibangun peradaban besar dengan berbekal ajaran Islam, maka tentu membangun peradaban yang sudah ada bukan hal sulit.

Selasa, 23 April 2013

METODE KEPEMIMPINAN KHALIFAH ABU BAKAR

Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad saw wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad saw tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah tepatnya di Madinah, mereka bermusyawarah menentukan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak baik Muhajirin maupun Anshar sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar yang terpilih.
Semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, maka Abu Bakar disebut Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul). Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.[3]
Setelah selesai orang membaiat, Abu Bakar pun berpidato sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya, penting dan ringkas : “Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik dari pada kamu. Jika aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku, tetapi kalau aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali, kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik dari padanya. Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan dari pada si kuat akan haknya, Insyaallah. Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi kalau aku melanggar perintah-Nya, tak usahlah kamu taat dan ikut aku lagi. Berdirilah sembahyang, semoga rahmat Allah meliputi kamu.”
Pemerintahan Abu Bakar adalah pemerintahan pertama yang mengobarkan peperangan dan memepersenjatai bala tentara untuk membela hak-hak kaum kafir yang lemah. Dalam hal ini Abu Bakar sangat di kenal dengan sebuah ungkapannya sekaligus yang menjadi komitmennya : “Demi Allah jika mereka tidak mau membayar zakat dari harta yang mampu mereka bayar , padahal (dahulu) mereka membayarkannya kepada Rasulullah SAW. Maka niscaya aku akan memerangi mereka.
Abu Bakar yang memulai penakhlukan dan perluasan Islam pada masanya, Islam mampu menakhlukan Persia dan Romawi, bahkan beliau meninggal pada saat perang yarmuk melawan imperium Romawi. Dalam setiap peperangan yang diperintahkan beliau adalah selalu menanamkan nilai-nilai etika yang berdasar al Qur’an dan as sunnah. Beliau mewasiatkan pada kaum Muslimin : “Janganlah sekali-kali membunuh pendeta biarlah mereka melaksanakan peribadatan sesuai keyakinan mereka.[4]
Abu Bakar menjadi khalifah hanya selama dua tahun, pada tahun 634 M beliau meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah, mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad saw dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah saw, bersifat sentral : kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibnu ‘Ash, Yazid ibnu Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibnu Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. beliau diganti oleh “tangan kanan”nya, Umar bin Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman).
Abu Bakar ash Sidiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis al Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar ash Sidiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari al Qur’an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal al Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad saw. Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur’an hingga yang dikenal hingga saat ini.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun di dalam pengembangan Islam, antara lain :
1. Perbaikan sosial (masyarakat)
2. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
3. Mengumpulkan ayat-ayat al Qur’an
4. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam
5. Meningkatkan kesejahteraan umat perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar, ialah usaha untuk menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan Tanah Arab dari para penyelewengan (orang  murtad, nabi palsu dan orang yang enggan membayar zakat).  Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah luar jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Iraq dan Syria yamg berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Islam.
Prestasi atau keberhasilan  yang telah dilakukan Khalifah Abu Bakar ash Shidiq, sebagai berikut :
  1. Perbaikan Sosial Masyarakat
a. Memerangi kaum murtad
Setelah Rasulullah wafat, sekelompok orang Madinah menyatakan keluar dari        Islam dan melakukan pemberontakan. Kelompok inilah yang disebut Kaum     Riddah
b.   Mengatasi orang yang tidak mau membayar zakat
Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi            Muhammad, oleh karena itu setelah Nabi Muhammad wafat mereka enggan          membayar zakat.
c.    Memberantas Nabi-nabi palsu
Orang-orang yang mengaku sebagai nabi sebenarnya sudah ada semenjak Nabi Muhammad masih hidup. Namun setelah Nabi saw wafat mereka semakin berani, diantara orang-orang yang mengaku sebagai Nabi adalah :
1).  Aswad al Ansi, orang yang pertama kali mengaku sebagai nabi
2).  Musailamah al Kazzab, pada waktu terjadi Perang Yamamah yang menyebabkan banyak penghafal al Qur’an wafat
3).  Saj’ah, wanita Kristen yang mengaku sebagai nabi
4).  Thulaihah bin Khuwailid, dalam pertempuran ia kalah dan akhirnya masuk Islam.
2.   Pengumpulan Ayat-ayat al Qur’an
Dalam perang Yamamah, banyak sekali para sahabat penghafal al Qur’an yang wafat, oleh karena itu Sahabat Umar mengusulkan agar dilakukan pembukuan al Qur’an karena khawatir al Qur’an akan musnah.
Oleh karena itu Khalifah Abu Bakar memberikan tugas kepada Zaid bin Tsabit untuk menuliskannya kedalam satu mushaf dan disimpan di kediaman Abu Bakar.
3.   Perluasan wilayah Islam
a.      Perluasan ke wilayah Irak dan Persia, dipimpin oleh Khalid bin Walid
b.      Perluasan ke wilayah Syiria, dipimpin oleh Usamah bin Zaid
c.      Perluasan ke wilayah Palestina, dipimpin oleh Amr bin Ash
d.      Perluasan ke wilayah Roma, dipimpin oleh Ubaidah bin Jarrah
e.      Perluasan ke wilayah Damaskus, dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah
f.       Perluasan ke wilayah Yordania, dipimpin oleh Surahbin bin Hasanah.

Jumat, 12 April 2013

Buraq dan Kontroversinya".

Lama tidak posting sekarang saya akan posting sebuah artikel yang berjudul "Buraq dan Kontroversinya".

Ide ini muncul karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan Rajab dimana ada satu malam pada bulan rajab ini Nabi Muhammad saw di Isra Mi'rajkan dari masjidil haram ke masjidil aqsha kemudian naik menembus tujuh lapis langit dan bertemu dengan Allah swt.

Beliau melakukan perjalanan yang luar biasa ini hanya dengan waktu yang kurang dari satu malam dengan mengendariai suatu kendaraan yang sangat ajaib yang di kenal dengan nama"Buraq".
Buraq (bahasa Arab: البراق , Al-Burāq; "cahaya atau kilat") adalah sesosok makhluk tunggangan ajaib, yang membawa Nabi Muhamad SAW ketika peristiwa Isra Mi'raj.

Buraq diciptakan Allah dari cahaya. Dalam kamus bahasa, maka kita akan menemukan istilah "Buraq" yang diartikan sebagai "Binatang kendaraan Nabi Muhammad SAW", dia berbentuk kuda bersayap kiri kanan. Dalam pemakaian umum, "Buraq" itu berarti burung cendrawasih, yang oleh kamus diartikan dengan burung dari surga (bird of paradise). Sebenarnya "Buraq" itu adalah istilah yang dipakai dalam Al-Qur'an dengan arti "kilat" termuat pada ayat 2/19, 2/20 dan 13/2 dengan istilah aslinya "Barqu".

Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Annas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Buraq itu adalah "Dabbah", yang menurut penafsiran bahasa Arab adalah suatu makhluk hidup berjasad, bisa laki-laki bisa perempuan, berakal dan juga tidak berakal. Kalau dilihat dalam kamus bahasa, maka kita akan menemukan istilah "Buraq" yang diartikan sebagai "Binatang Kendaraan Nabi Muhammad SAW", dia berbentuk kuda bersayap kiri kanan. Dalam pemakaian umum "Buraq" itu berarti burung cendrawasih yang oleh kamus diartikan dengan burung dari surga (bird of paradise).

Buraq mempunyai dua sayap yang digunakan untuk terbang di antara langit dan bumi, wajahnya seperti wajah manusia, lisannya seperti lisan orang arab, kedua alisnya lebar, kedua tanduknya besar, kedua telinganya tipis diciptakan dari zabarjud hijau, kedua matanya hitam bagaikan bintang yang bersinar, ubun-ubunnya dari yaqut merah, dan ekornya seperti ekor sapi yang dilapisi dengan emas merah.

Dikatakan bahwa keelokan/ kecantikannya bagaikan burung merak, Di atas khimar dan di bawah keledai, dinamakan Buraq karena larinya dan kecepatannya bagaikan Barqi (kilat).

Ketika Buraq mendekati Nabi SAW agar menungganginya, dia merasa bimbang. Jibril pun berkata: "Demi Tuhanku, tidak menunggangimu selain Nabi dari bangsa Hasyimi Al-Abthahi Al-Quraisyi yaitu Nabi Muhammad bin Abdullah yang memiliki Al-Qur’an." Nabi Muhammad SAW berkata: "Saya Muhammad bin Abdullah." Maka naiklah Nabi Muhammad SAW dan pergilah mereka menuju surga. Setelah sampai di surga Nabi menjatuhkan diri dan bersujud, maka terdengarlah suara yang berseru: "Angkatlah kepalamu hai Muhammad, hari ini tidak ada ruku' dan sujud, sebaliknya hari ini adalah hisab dan pembalasan, angkatlah kepalamu hai Muhammad dan mintalah kamu, niscaya kamu akan Aku penuhi." Muhammad berkata: "Tuhanku, apa yang Engkau janjikan padaku tentang umatku?" Allah berfirman: "Aku akan memberimu sesuatu yang engkau ridhai." Sebagaimana firman-Nya: "Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuha: 5).

Riwayat yang shahih, menyebutkan ciri Buraq yang dikendarai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat peristiwa Isra’ Mi’raj adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Kemudian didatangkan untukku suatu binatang berwarna putih yang bernama Buraq, lebih besar dari keledai, tapi lebih kecil dari bighal. Satu langkah perjalanannya sejauh mata memandang, lalu aku dinaikkan di atasnya…” (HR. Muslim)

Dalam hadits Bukhari dan juga yang lain tidak disebutkan bahwa kepala Buraq berupa wanita cantik. Lalu siapa yang mengada-adakan hal ini?
Perlu diwaspadai, bisa jadi itu merupakan propaganda menyesatkan dari musuh-musuh Islam yang hendak menghina dan melakukan pelecehan terhadap Nabi dalam bentuk kiasan. Beliau digambarkan sebagai orang yang hobi terhadap wanita, sehingga tunggangannya berupa kuda yang berkepala wanita. Na’udzubillah.

Pelecehan dengan modus simbol-simbol seperti itu menjadi khasnya orang-orang Yahudi dan orang-orang yang membenci Islam. Seperti kasus Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam digambarkan dalam bentuk ayam jantan yang dikelilingi 9 ayam betina, juga karikatur-karikatur menyesatkan yang belakangan marak terjadi. Jadi, alangkah naifnya jika orang Islam mengikuti penggambaran Buraq dengan versi mereka, karena ini berarti melecehkan Nabinya dengan penuh semangat dan senang hati. Wallahul muwaffiq.

Lalu, mengapa buraq digambarkan berkepala wanita, bukankah hanya kuda yang bersayap, bukankah ini suatu bentuk penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW?Seolah-olah Nabi tidak lepas dengan urusan wanita, walaupun urusan ke sidratul muntaha?



JIKA ANDA MEMPUNYAI GAMBAR SEPERTI ITU HARAP ANDA KETAHUI BAHWA GAMBAR ITU BUKANLAH GAMBAR BURAQ YANG SEBENARNYA KARRREEENA BURAQ HANYA PERNAH DILIHAT OLEH NABI SAW YANG MULIA DAN AKAN MENJADI KENDARAN PARA PENGHUNI SURGA DI AKHIRAT KELAK

Like Ya sahabat... Jangan Lupa juga Isi Buku Tamunya, Biar aku Bisa Berkunjung Balik :) makasih......

×