Sabtu, 27 Oktober 2012

Rute Hijrah Nabi Muhammad SAW

Disaat berbagai cobaan dan ujian silih berganti dialami umat Islam, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Perihal tempat untuk hijrah ini, Allah SWT telah memberitahukan Rasulullah.

Dalam buku berjudul Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Martin Lings mengungkapkan, Nabi SAW sudah mengetahui bahwa Yastrib adalah lahan subur di antara dua jalur batu-batu hitam yang beliau lihat dalam mimpinya. Beliau juga tahu bahwa tibalah waktunya untuk hijrah.

Sementara itu, Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran menuliskan, Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” (Shahih Muslim: 2272).

Rasul pun memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Adapun Rasul SAW, rencananya akan menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Sebab, Rasul mengetahui, yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri beliau, dan bukan kaum Muslimin.

Kaum Quraisy pun menyiapkan strategi untuk melakukan penangkapan terhadap Rasul SAW. Namun, rencana kaum Quraisy ini diketahui oleh Nabi SAW. Saat itu, Rasulullah sendiri memang masih tinggal di Makkah dan kaum Muslim sudah tidak ada lagi yang tinggal, kecuali sebagian kecil. Sambil menunggu perintah Allah SWT untuk berhijrah, Nabi SAW menemui Abu Bakar dan memberitahukannya untuk bersiap hijrah ke Madinah.

“Dan, katakanlah, Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.”(Al-Isra [17]: 80).

Di sinilah, sebagaimana dipaparkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya demi kebenaran, keyakinan, dan keimanan.

Untuk mengelabui kaum Quraisy, Rasulullah memutuskan akan menempuh jalan lain (rute yang berbeda) dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah untuk menuju Madinah. Rasulullah SAW memutuskan akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.
Padahal, Abu Bakar sudah menyiapkan dua ekor unta sebagai kendaraan yang akan dipergunakan Nabi SAW pada saat berhijrah. Hijrah ini dilakukan semata-mata untuk menyelamatkan dakwah dan akidah Islam serta kaum Muslimin.

Rute yang ditempuh Rasul itu adalah setelah keluar dari rumah beliau, jalan yang ditempuh adalah Gua Tsur, berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah. Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Makkah. Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari.

Selanjutnya, beliau mengambil jalur ke arah barat menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu, bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma'bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah.

Selanjutnya, beliau menuju Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Rasul SAW.

Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari Quba, beliau bersama umat Islam lainnya, melaksanakan shalat Jumat. Untuk memperingati peristiwa itu, dibangunlah masjid di lokasi ini dengan nama Masjid Jumat. Setelah itu, barulah Rasul SAW menuju Madinah.

Kamis, 18 Oktober 2012

Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat arab Kota Makkah dan Madinah

1.Ekonomi Bangsa Arab Sebelum Islam

 Tanah Arab adalah tanah yang tandus. Kehidupan perekonomia mereka dibagi menjadi tiga macam yaitu :

A. Peternakan, biasanya dilakukan oleh suku Arab pedalaman yan disebut suku Badui. Mereka berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah yang lain,untuk mencari rumput atau makan hewan ternaknya. Mereka berternak unta dan biri-biri untuk diambil dagin dan kulitnya.

B. Perdagangan, dikerjakan oleh suku Arab yang tinggal di kota-kot besar. Mereka disebut Ahlul Hadhar. Jalur perdagangan merek antara lain ke negeri Syam, Yaman dan negeri Mesir. Nabi Muhammad pun pernah berdagang ke negeri Syam membawa dagangan Siti Khadijah. Pusat perdagangan di tanah Arab terleta di kota Makkah.

C. Pertanian, dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal daerah-daerah yang subur, seperti Thaif. Mereka menanam buah buahan dan sayur mayur.
Bangsa Arab mempunyai kehidupan yang bebas dan tidak mempunyai aturan hukum yang tetap. Di antara mereka sering terjadi perselisihan.
 

2 Keadaan Masyarakat Bangsa Arab
 
A.Bentuk Kehidupan Bangsa Arab
Bangsa Arab pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagiain yaitu penduduk yang tinggal di desa dan penduduk yang tinggal di kota. Penduduk desa biasanya disebut suku Badui, artinya penduduk pedalaman. Golongan penduduk inilah yang terbesar jumlahnya. Mata pencaharian mereka adalah berternak.
Penduduk yang tinggal di kota-kota, mata pencaharian mereka adalah sebagai pedagang di pasar-pasar dan ada juga dari mereka yang berdagang ke luar negeri dengan unta atau kuda ke negeri Syam, Mesir, dan Persia.
Kedua golongan ini, walaupun sudah mempunyai pekerjaan dan penghasilan, masih selalu merasa kekurangan. Oleh karena itu, masih sering terjadi persaingan dan perselisihan di antara mereka..Kehidupan seperti ini di negeri Arab berlangsung cukup lama.

B.Tata Sosial Bangsa Arab
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam tidak memiliki pemerintahan yang teratur dan tetap, pada umumnya mereka masih buta huruf. Walaupun demikian mereka telah mempunyai tatanan masyarakat berdasarkan kebiasaan-kebiasaan. Mereka memiliki kebiasaan hidup bebas dan berpindah-pmdah dari satu tempat ke tempat yang lain yang dianggap lebih baik. Kehidupan ini merupakan pengaruh dari keadaan alam negeri Arab yang bergurun dan berbukit-bukit. Bangsa Arab terkenal dengan bangsa yang pemberani di dalam membela pendiriannya. Mereka tidak mau mengubah tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaan. Bangsa Arab pada saat itu tidak mau dijajah dan tidak mau mengalah, sehingga sering kali terjadi peperangan antar suku. Namun demikian, mereka memiliki kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu.

C.Adat Istiadat Bangsa Arab.
Kebiasaan hidup bangsa Arab adalah sebagai pengembara dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari daerah yang lebih subur. Mereka tidak mengenal cara hidup lain selain mengembara. Moral dan perilaku mereka sangat rusak, sehingga mereka dikatakan kaum Jahiliyah. Kaum Jahiliyah artinya kaum yang bodoh. Di samping itu meraka percaya kepada tahayul, tenung, perbintangan dan lain-lain.
Kebiasaan lain dari bangsa Arab yang tidak baik yaitu berjudi dan minum-minuman keras. Pekerjaan ini dilakukan secara bersama-sama. Bahkan tak jarang dari mereka yang suka merampok, sehingga menyebabkan terjadinya perkelahian antar suku.
Cara minum dan makan mereka masih kotor seperti makan daging dari hewan yang sudah mati atau bangkai.
Ada dari suku Arab yang mempunyai moral yang sangat buruk, yaitu mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna dan hanya menyusahkan orang tua. Oleh karena itu, mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Di antara suku yang melakukan perbuatan keji itu antara lain, suku Bani Tamim dan suku Bani Asad..


Rabu, 03 Oktober 2012

Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Kita tentu pernah tahu atau paling tidak mendengar tentang Abu Bakar, salah seorang Sahabat dari Rasulullah SAW. Bagaimana kah biografi dari sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq? Di sini saya mencoba merangkum & mengambil intisari dari sebuah buku yang berjudul asli Tartib wa Tahdzib  kitab  al-Bidayah wan Nihayah, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir, yang disusun ulang & di-tahqiq oleh Dr. Muhammad bin Shamil as-Sulami.  Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Abu Ihsan Al-Atsari, judulnya menjadi “Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung”.
Jika Allah Menghendaki & tak ada halangan, semoga tulisan ini bisa berseri hingga lengkap biografi dari keempat Khulafaur Rasyidin. Mari kita mulai dari yang sahabat yang pertama, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq..

-          Nama & Nasabnya
Nama lengkap sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy a-Taimi. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakr bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Itu berarti ayah-ibu Abu Bakar berasal dari Bani Taim.
Nabi Muhammad SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq, yang artinya “yang berkata benar” setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra’ Miraj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya. Oleh karena itu beliau dikenal sebagai Abu Bakar Ash-Shiddiq.
-          Karakter fisik & akhlaknya
Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah r.a., istri nabi SAW. Aisyah r.a. menerangkan karakter bapaknya,”Beliau berkulit putih, kurus, kedua pelipis matanya tipis, pinggangnya kecil (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, matanya hitam, berkening lebar, tidak bisa ber-saja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam.” (ath-Thabari, 3/524).
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih (paham terhadap hukum islam), paling mengerti dengan garis keturunan Arab & berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah & yakin akan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengjarapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta beliau adalah sosok yang lembut dan ramah. Semoga Allah meridhainya.
-          Keislamannya
Abu Bakar adalah salah termasuk orang yang pertama kali masuk Islam. Ada beberapa orang yang masuk pertama kali masuk Islam, atau dikenal engan sebutan As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِÙ‚ُونَ الأَÙˆَّÙ„ُونَ), yang mana terdiri dari beberapa golongan, yaitu:
  • Abu Bakar à dari golongan lelaki merdeka.
  • Khadijah à dari golongan wanita.
  • Ali Bin Abi Thalib à dari golongan anak-anak
  • Zaid bin Haritsah à dari golongan budak.
Dari sejumlah orang tersebut, ternyata keislaman dari Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap islam & kaum muslimin karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. (al-bidayah wan Nihayah, 3/26). Selain itu, di awal keislamannya Abu Bakar menginfakkan apa yang dimilikinya di jalan Allah sebanyak 40.000 dirham.
-          Beberapa contoh Keteladanan dan Keutamannya
Keutamaan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq sangatlah banyak. Penulis berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan oleh Al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahih-nya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Sahabat  (4/189-197, cetakan Istambul 1979 M), yaitu:
  1. Abu Bakar adalah Sahabat Rasulullah SAW di Gua & Ketika Hijrah
  2. Abu Bakar adalah Sahabat yang paling banyak Ilmunya
  3. Abu Bakar adalah Sahabat yang paling utama
  4. Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah
  5. Abu Bakar paling dulu masuk Islam & Selalu Mendampingi Rasulullah
  6. Orang yang paling dicintai Rasulullah
  7. Iman & Keyakinannya yang kuat
  8. Sosok yang memiliki Kemauan yang Tinggi
  9. Keberkahan Abu Bakar Ash-Shiddiq & keluarganya
  10. Berita gembira untuknya sebagai penghuni Surga
  11. Gigih dalam membela Rasulullah SAW
-          Jasa & Peranan Abu Bakar Sebelum menjadi Khalifah
  1. Sahabat & teman Rasulullah SAW sepanjang hidupnya.
    Abu Bakar selalu mengiringi Rasulullah SAW baik ketika di Makkah, Hijrah, dan juga ketika dalam peperangan, yaitu Perang Badar, Uhud, Khandaq, Fathul Makkah, Hunain, maupun perang Tabuk.
  2. Mengajak para tokoh untuk memeluk Islam
    Tak berapa lama setelah Abu Bakar memeluk Islam, masuklah sejumlah tokoh besar yang mengikuti jejaknya, seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidullah. (Ibnu Hisyam, ­as-Sirah an-Nabawwiyah, 1/317).
  3. Memerdekakan budak yang disiksa karena masuk Islam.
    Beberapa budak tersebut diantaranya adalah Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zinnirah, an-Nahdiyyah & kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Mu’ammal. (Ibnu Hisyam, ­as-Sirah an-Nabawwiyah, 1/393).Bagaimana dengan pengangkatan beliau sebagai khalifah..?Apa saja yang telah beliau ukir selama mengemban amanah sebagai Khulafaur Rasyidin & dll..?nantikan di postingan selanjutnya, insyaAllah.. wallahu’alam bishowab.

AC Milan Puncaki Grup C Liga Champion berkat Gol Bunuh Diri Tomás Hubocan

Klub asal negeri Pizza AC Milan  berhasil mencuri tiga poin usai menaklukkan tuan rumah Zenit St Petesburg dengan skor 3-2 di pertandingan kedua putaran grup Liga Champions yang berlangsung di Stadion Petrovskij, Rabu (3/10) malam WIB.

Gol penentu kemenangan tim tamu justru terjadi karena bunuh diri yang dilakukan Tomás Hubocan pada menit ke-75. Zenit terpaksa belum bisa mengumpulkan satu poin pun di putaran grup ini.

Berkat kemenangan ini, AC Milan berhak menguasai klasemen sementara Grup C dengan mengumpulkan empat poin. Pertandingan Anderlecht kontra Malaga baru akan berlangsung setelah berita ini diturunkan.

Bojan Krkic mendapat kepercayaan dari pelatih Massimiliano Allegri untuk tampil sebagai starter dalam pertandingan ini. Ia berpasangan dengan Stephan El Shaarawy di sektor depan.

Sementara itu, di kubu lawan, Alex Witsel, pemain baru seharga €40 juta dimainkan sebagai starter. Demikian pula striker Brasil yang sebelumnya bermain untuk FC Porto, Hulk.

Babak Pertama

AC Milan tampil menyerang sejak kick-off babak pertama. Kerjasama Bojan dan Luca Antonini menghasilkan umpan kepada Boateng. Sayang, tendangan pemain asal Ghana itu masih melambung di atas mistar gawang Zenit. Dua menit berselang, Bojan memiliki sebuah peluang bagus, namun ia sudah terjebak dalam posisi off-side.

Gol yang ditunggu-tunggu akhirnya datang pada menit ke-12. Viktor Faizulin mendapat kartu kuning setelah melanggar Urby Emanuelson dengan cukup keras. Tendangan bebas Emanuelson sempat membentur Roman Shirokov sehingga kiper Zenit Vyacheslav Malafeev sudah salah arah alias terkecoh.

Rossoneri hanya butuh waktu menit untuk kembali unggul. Kali ini lewat aksi Stephan El Shaarawy, yang menggiring bola ke dalam kotak penalti dengan melewati tiga pemain bertahan sekaligus. Tendangan kerasnya tidak mampu dihalau Malafeev.

Di pertengahan babak pertama ini, Zenit nyaris memperkecil ketertinggalan. Kerjasama Tomas Hubocan dan Alexander Anyukov mampu berbuah umpan kepada Aleksandr Kerzhakov, sayang tendangan pemain yang terakhir masih melenceng dari gawang Christian Abbiati. Pada menit ke-34, Hulk memiliki peluang bagus. Setelah mampu melewati Ignazio Abate, namun tendangannya justru masih mampu diamankan Abbiati.

Dua menit berselang, Abbiati kembali melakukan penyelamatan gemilang, bahkan dua sekaligus secara beruntun. Pertama, memblok usaha tendangan Hulk, dan kedua, menghalau tandukan Shirokov yang berawal dari sepak pojok.

Tuan rumah akhirnya bisa mencuri gol saat pertandingan babak pertama sudah memasuki tambahan waktu. Hulk sukses memanfaatkan umpan Faizulin, tanpa bisa diantisipasi Abbiati. Gol menandai berakhir babak pertama dengan keunggulan tim tamu 2-1.

Babak Kedua

Zenut langsung menggebrak di awal babak kedua. Shirokov berhasil menyamakan kedudukan untuk tuan rumah pada menit ke-49 setelah memanfaatkan umpan Hulk dari tendangan sudut.

Lima menit berselang, Hulk tampak terjatuh di kotak penalti Ac Milan setelah berduel dengan Abate, namun wasit F. Brych‎ tidak mengangap itu sebagai pelanggaran. Sebelum terjadinya peluag ini, Allegri menarik keluar Bojan dan memasukkan Giampaolo Pazzini.

Pada menit ke-64, Allegri juga menarik keluar Emanuelson dan memasukkan Antonio Nocerino untuk menambah daya serang tim. Satu menit kemudian, peluang didapat kubu tim tamu. AC Milan mendapat tendangan bebas setelah Boateng dijatuhkan Domenico Criscito. Tendangan bebas dilakukan Ricardo Montolivo, yang kemudian mampu disambar dengan sundulan Boateng, namun usaha itu masih mampu digagalkan barisan pertahanan lawan.

Kecerobohan dilakukan Hubocan pada menit ke-75. Berawal dari umpan Montolivo kepada Pazzini, bola justru mengenai kaki Hubocan dan mengalir deras ke dalam gawang tanpa bisa diantisipasi Malafeev. Gol bunuh diri ini memberikan keuntungan untuk AC Milan.

Tertinggal, Zenit berusaha bangkit. Jelang tujuh menit akan memasuki masa tambahan waktu, Hulk melakukan pergerakan di sisi kiri lapangan, namun masih bisa dihentikan Abate. Abbiati kemudian melakukan penyelamatan gemilang terhadap usaha Anyukov yang mampu menerima umpan dari sepak pojok.

Dalam posisi unggul, AC Milan berusaha mengatur tempo permainan dengan lebih banyak menguasai bola. Saat pertandingan akan berakhir, Abbiati berhasil mengamankan gawangnya dari situasi bola mati. Tim tamu akhirnya mampu menyegel kemenangan perdana di putaran grup Liga Champions musim ini.

Beginilah Cara Syahrini Mencari Gaya Barunya

Syahrini adalah salah satu penyanyi yang paling sering menciptakan trend. Gayanya berpakaian pun sering diikuti masyarakat. Lalu, bagaimana cara ia mencari dan menentukan gaya barunya?

Bersama sang adik Aisyahrani, Syahrini mengaku rajin mencari trend terbaru di luar negeri lewat internet. Tak jarang, ia mengajak beberapa desainer untuk berdiskusi.

"Aku sama adikku selalu googling hal baru fashion, sama Hengky Kawilarang dan sama beberapa desainer lain," tuturnya saat ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (2/8/2012).

Selain itu, Syahrini juga sering melihat acara-acara televisi untuk mencari inspirasi. "Aku juga menonton semua acara TV tematik, ada yang tradisional sampai yang futuristik," tutur pelantun lagu 'Sesuatu' itu.

Namun, Syahrini berusaha untuk menampilkan hal yang orisinil. Ia pun menganggap penampilannya sebagai bagian dari seni.

"Tiap entertainer, harus ada karya yang banyak. Tema yang seperti ini, pake gaya apa, kreativitas terjaga dan tetap berkualitas, ini jadi mahakarya sendiri, originalitas terjaga. Ini semua seni buat aku," jelasnya.

Selasa, 02 Oktober 2012

Kisah Ringkas Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah.
Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:

“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.

Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.

Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.

Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.

(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.

Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”

Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.

Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.

Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.

Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.

Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.

Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.

Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.

Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.

Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.

Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.

Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.

Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.

Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.

Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:

“Siapakah ini?”

Jibril menjawab: “Aku Jibril.”

Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab: “Muhammad saw.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”

Jibril menjawab: “Benar”.

Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:

“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.

Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.

Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:

“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.

Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.

Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:

“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.

Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.

Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.

Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.

Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.

Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.

Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.

Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.

Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.

Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.

Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.

Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.

Dalam riwayat lain beliau berkata:

“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.

Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.

Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.

Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.

Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”

“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.

“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.

Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.

Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.

Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:

” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:

“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”

Aku menjawab: “50 sholat”,

Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,

Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:

“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.

Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:

“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:

“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,

Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.

Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.

Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.

Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.

Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.

Senin, 01 Oktober 2012

Hijrah Rasulullah SAW ke Thaif

[Disalin dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]

Hijrah Rasulullah saw ke Thaif

Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan kaum Quraisy, Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari Bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawanya dari Allah.

Setibanya di Thaif , beliau menuju tempat para pemuka Bani Tsaqif, sebagai orang-orang yang berkuasa di daerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau tersebut ditolak mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya mereka menyembunyikan berita kedatangannya ini dari kaum Quraisy, tetapi merekapun menolaknya.

Mereka lalu mengerahkan kaum penjahat dan para budak untuk mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera pada kedua kaki Rasulullah saw. Zaid bin Haritsah, berusaha keras melindungi beliau, tetapi kewalahan, sehingga ia sendiri terluka pada kepalanya.

Setelah Rasulullah saw sampai di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah kaum penjahat dan para budak yang mengejarnya berhenti dan kembali. Tetapi tanpa diketahui ternyata beliau sedang diperhatikan oleh dua orang anak Rabi’ah yang sedang berada di dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur itu, Rasulullah saw mengangkat kepalanya seraya mengucapkan doa berikut :
"Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku ? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“

Berkat do’a Rasulullah saw itu tergeraklah rasa iba di dalam hati kedua anak lelaki Rabi’ah yang memiliki kebun itu. Mereka memanggil pelayannya seorang Nasrani, bernama Addas, kemudian diperintahkan, “Ambilkan buah anggur, dan berikan kepada orang itu!“ Ketika Addas meletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah saw, dan berkata kepadanya, “Makanlah!“ Rasulullah saw mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah.“ Kemudian dimakannya.

Mendengar ucapan beliau itu, Addas berkata, “Demi Allah, kata-kata itu tidap pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini.“ Rasulullah saw bertanya, “Kamu dari daerah mana dan apa agamamu?“ Addas menjawab, “Saya seorang Nasrani dari daerah Ninawa (sebuah desa di Maushil sekarang).“ Rasulullah saw bertanya lagi, “Apakah kamu dari negeri seorang saleh yang bernama Yunus anak Matius?“ Rasulullah saw menerangkan "Yunus bin Matius adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.“ Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah saw, lalu mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki beliau.

Ibnu Ishaq berkata : Setelah itu Rasulullah saw meninggalkan Thaif dan kembali ke Mekkah sampai di Nikhlah Rasulullah saw bangun pada tengah malam melaksanakan shalat. Ketika itulah beberapa makhluk yang disebutkan oleh Allah lewat dan mendengar bacaan Rasulullah saw. Begitu Rasulullah saw selesai shalat, mereka bergegas kembali kepada kaumnya seraya memerintahkan agar beriman dan menyambut apa yang baru saja mereka dengar.

Kisah mereka ini disebutkan Allah di dalam firman-Nya :
"Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkanya).“ Ketika pembacaan telah selesai, maka kembali mereka kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum kami, sesungguh kami telah mendengarkan kitab (a-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang meyeru kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab ynag pedih.“ QS al-Ahqaf : 29-31

Dan di dalam firman-Nya yang lalu :
"Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran) lalu mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan.“ QS al-Jin : 1

Kemudian Rasulullah saw bersama Zaid berangkat menuju ke Mekkah. Ketika itu Zaid bin Haritsa bertanya kepada Rasulullah saw, “Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“ Beliau menjawab, “Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya.“

Lalu Nabi saw mengutus seorang lelaki dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin ‘Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw ingin masuk ke Mekkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Nabi saw ini diterima oleh Muth’am sehingga akhirnya Rasulullah saw kembali memasuki Mekkah.

Beberapa Ibrah

Dari peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah saw ini dan dari siksaan dan penderitaan yang ditemuinya dalam perjalanan ini, kemudian dari proses kembalinya Rasulullah saw ke Mekah, kita dapat menarik beberapa pelajaran berikut :

Pertama, bahwa semua bentuk penyiksaan dan penderitaan yang dialami Rasulullah saw, khususnya dalam perjalanan hijrah ke Thaif ini hanyalah merupakan sebagian dari perjuangan tabligh-nya kepada manusia.

Diutusnya Rasulullah saw bukan hanya untuk menyampaikan aqidah yang benar tentang alam dan penciptaannya, hukum-hukum ibadah, akhlak, dan mu’amalah tetapi juga untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin kewajiban bersabar yang telah diperintahkan Allah dan menjelaskan cara pelaksanaan sabar dan mushabarah (melipatgandakan kesabaran) yang diperintahkan Allah di dalam firman-Nya :
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga dan bertawakalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.“ QS Ali Imran : 200

Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kita cara melaksanakan peribadatan dengan peragaan yang bersita aplikatif , lalu bersabda :
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat (cara) aku shalat."

Sabda Nabi saw :
"Ambillah dariku manasik (cara pelaksanaan ibadah haji) mu.“

Jika hal ini dikaitkan dengan kesabaran, maka seolah-olah Rasulullah saw melalui kesabaran yang telah dicontohkannya, memerintahkan kepada kita, “Bersabarlah sebagaimana kamu melihat aku bersabar.“ Sebab bersabar merupakan salah satu prinsip Islam terpenting yang harus disampaikan kepada semua manusia.

Dalam memandang fenomena hijrah Rasulullah saw ke Thaif ini, mungkin ada orang menyimpulkan bahwa Rasulullah saw telah menemui jalan buntu dan merasa putus asa, sehingga dalam menghadapi penderitaan yang sangat berat itu ia mengucapkan doa tersebut kepada Allah, setelah tiba di kebun kedua anak Rabi’ah.

Tetapi sebenarnya Rasulullah saw telah menghadapi penganiayaan tersebut dengan penuh ridha, ikhlas dan sabar. Seandainya Rasulullah saw tidak sabar menghadapinya tentu beliau telah membalas jika suka tindakan orang-orang jahat dan para tokoh Bani Tsaqif yang mengerahkan mereka. Namun ternyata Rasulullah saw tidak melakukannya.

Di antara dalil yang menguatkan apa yang kami kemukakan ialah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a , ia berkata :
"Wahai Rasulullah saw, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib. Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Nabi saw melanjutkan. "Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka." Jawab Nabi saw, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyambah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada para sahabatnya dan ummatnya sesudahnya, kesabaran dan seni kesabaran dalam menghadapi segala macam penderitaan di jalan Allah.

Mungkin timbul pertanyaan lain : Apa arti pengaduan yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw ? Apa maksud lafadzh-lafadzh doanya yang mengungkapkan perasaan putus asa dan kebosanan akibat berbagai usaha dan perjuangan yang hanya menghasilkan penderitaan dan penyiksaan ?

Jawabnya, bahwa pengaduan kepada Allah adalah ‘ibadah. Merendahkan diri kepada-Nya dan menghinakan diri di hadapan pintu-Nya adalah perbuatan taqarrub ketaatan.

Sesungguhnya penderitaan dan musibah yang menimpa manusia mempunyai beberapa hikmah. Di antaranya, akan membawa orang yang mengalami musibah dan penderitaan itu kepada pintu Allah dan meningkatkan ‘Ubudiyah kepada-Nya. Maka tidak ada pertentangan antara kesabaran terhadap penderitaan dan pengaduan kepada Allah. Bahkan kedua sikap ini merupakan tuntutan yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita. Melalui kesabarannya terhadap penderitaan dan penganiayaan, Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran ini adalah tugas kaum Muslimin secara umum, dan para da’i secara khususnya. Melalui pengaduan dan taqarrub kepada Allah, Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada kita kewajiban ‘ubudiyah dan segala konsekuensinya kepada kita.

Perlu disadari betapapun tingginya jiwa manusia, dia tidak akan melampaui batas kemanusiaannya. Manusia selamanya tidak dapat menghindari diri dari fitrah, perasaannya, perasan senang dan sedih, perasaan menginginkan kesenangan dan tidak menghendaki kesusahan.

Ini berarti bahwa Rasulullah saw kendatipun telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai penganiayaan dan penyiksaan di jalan Allah, tetapi beliau tetap memiliki perasaan sebagai manusia, merasa sakit bila tertimpa kesengsaraan, dan merasa bahagia bila mendapatkan kesenangan.

Tetapi Rasulullah saw rela menghadapi penderitaan berat dan meninggalkan kesenangan demi mengharap ridhah Allah dan menunaikan kewajiban ‘ubudiyah . Di sinilah letak pemberian pahala dan terlihatnya arti taklif (pembebanan) kepada manusia.

Kedua, jika anda perhatikan setiap peristiwa Sirah Rasulullah saw bersama kaumnya, akan anda dapati bahwa penderitaan yang dialami oleh Rasulullah saw kadang sangat berat dan menyakitkan. Tetapi pada setiap penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya selalu diberikan penawar yang melegakan hati dari Allah swt. Penawar ini dimaksudkan sebagai hiburan bagi Rasulullah saw agar faktor-faktor kekecewaan dan perasaan putus asa tidak sampai merasuk ke dalam jiwanya.

Dalam peristiwa hijrah Rasulullah saw ke Thaif dengan segala penderitaan yang ditemuinya, baik berupa penyiksaan ataupun kekecewaan hati, dapat anda lihat adanya penawar Ilahi terhadap kebodohan orang-orang yang mengejar dan menganiayanya. Penawar ini tercermin pada seorang lelaki Nasrani, Addas, ketika datang kepadanya seraya membawa anggur, kemudian bersuimpuh di hadapannya seraya mencium kepada, kedua tangan dan kakinya, setelah Nabi saw mengabarkan kepadanya bahwa dirinya adalah seorang Nabi.

Peristiwa ajaib simbol-simbol takdir yang terdapat di dalam peristiwa ini. Kebaikan, kedermawanan dan kemuliaan datang begitu cepat memintakan maaf atas kejahatan, kebodohan dan kedzaliman ynag baru saja dialaminya . Kecupan mesra itu datang setelah umpatan-umpatan permusuhan.

Sesungguhnya kedua anak Rabi’ah termasuk musuh bebuyutan Islam. Bahkan termasuk di antara orang-orang yang mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah saw meinta agar Abu Thalib menghentikan Muhammad saw atau membiarkan mereka bertarung melawan Muhammad, sampai salah satu di antara kedua kelompok hancur binasa. Tetapi naluri kebiadaban itu berubah dengan serta merta menjadi naluri kemanusiaan yang dibawa oleh agama ini, karena masa depan agama berkaitan erat dengan pemikiran, bukan dengan naluri.

Demikianlah, agama Nasrani datang memeluk Islam dan mendukungnya, karena satu agama yang benar dengan agama yang benar lainnya ibarat seseorang dengan saudara kandungnya. Jika hubungan antara dua orang bersudara itu adalah hubungan darah, maka hubungan antara satu agama benar dengan agama benar lainnya adalah hubungan akal dan pemahaman yang benar.

Kemudian takdir Ilahi menyempurnakan simbolnya di dalam kisah ini dengan pemetikkan buah anggur sebagai makanan yang manis dan memuaskan. Setangkai anggur yang telah dipetik ini menjadi simbol bagi ikatan Islam yang agung dan penuh kasih sayang, setiap buah anggur melambangkan sebuah pemerintahan Islam.

Ketiga, apa yang dilakukan oleh Zaid bin Haritsa, yaitu melindungi Rasulullah saw dengan dirinya dari lemparan batu orang-orang bodoh bani Tsaqif sampai kepalanya menderita beberapa luka, merupakan contoh yang harus dilakukan oleh setiap kaum Muslimin dalam bersikap terhadap pemimpin dakwah. Ia harus melindungi pemimpin dakwah dengan dirinya sekalipun harus mengorbankan kehidupannya.

Demikianlah sikap para sahabat terhadap Rasulullah saw. Sekalipun beliau sudah tidak ada di antara kita sekarang, namun kita dapat melakukannya dalam bentuk yang lain, yaitu, dengan kesiapan diri kita dalam menghadapi segala penderitaan dan penyiksaan di jalan dakwah Islam, dan menyumbangkan perjuangan berat sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah saw.

Tetapi setiap jaman dan masa harus ada para pemimpin dakwah Islam yang menggantikan kepemimpinan Nabi saw dalam berdakwah, di mana prajurit yang setia dan ikhlas di sekitar mereka mendukung para pemimpin terssebut dengan harta dan jiwa sebagaimana yang telah dilakukan kaum Muslimin kepada Rasulullah saw.

Keempat, apa yang dikisahkan oleh Ibnu Ishaq tentang beberapa jin yang mendengarkan bacaan Rasulullah saw ketika sedang melakukan shalat malam di Nikhlah, merupakan dalil bagi eksistensi jin, dan bahwa mereka mukallaf (dibebani kewajiban melaksanakan syariat Islam). Di antara mereka terdapat jin-jin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, di samping mereka yang ingkar dan tidak beriman. Dalil ini telah mencapai tingkatan qath’i (pasti) dengan disebutkannya di dalam beberapa nash al-Quran yang jelas, seperti beberapa ayat pada awal surat al-Jin dan seperti firman Allah di dalam surat al-Ahqaf :
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).“ Ketika pembacaaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada pendengaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari ahzab yang pedih.“ QS al-Ahqaf : 29-31

Ketahuilah bahwa kisah yang disebutkan Ibnu Ishaq dan diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam di dalam Sirahnya ini, juga disebutkan oleh Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dengan teks yang hampir sama dengan tambahan rincian sedikit. Dan berikut ini teks yang diriwayatkan oleh Bukhari dengan sanadnya dari Ibnu Abbas:

"Bahwa Nabi saw berangkat bersama sejumlah sahabatnya menuju pasar ‘Ukazh. Dalam pada itu, setan-setan itu kembali. Mereka bertanya-tanya, “Mengapa kita dihalangi dari memperoleh kabar langit dan dilempari dengan beberapa bintang?“ Dijawab, "Tidak ada yang menghalangi kamu dari memperoleh kabar langit kecuali apa yang telah terjadi. Maka pergilah ke segala penjuru dunia, dari ujung timur sampai ke ujung barat, dan perhatikanlah peristiwa apakah yang terjadi itu?“ Lalu mereka pergi melacak dari ujung timur sampai ke ujung barat, mencari apa gerangan yang menghalangi mereka dari mendapatkan kabar langit itu? Maka berangkatlah mereka yang pergi ke Tihamah menuju kepada Rasulullah saw di Nikhlah hendak ke pasar ‘Ukazh, ketika itu Rasulullah saw sedang mengimami para sahabatnya dalam shalat subuh. Ketika mendengar bacaan al-Quran dengan penuh perhatian mereka mendengarkannya. Kemudian mereka berkata, “Inilah yang menghalangi kita dari kabar langit.“ Setelah itu mereka kembali kepada kaum mereka seraya berkata, “Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran (bacaan) yang menakjubkan yang menunjukkan kepada kebenaran, lalu kami mempercayainya, dan kami tidak menyekutukan Rabb kami dengan siapapun.“ Lalu Allah menurunkan (ayat) kepada Nabi-Nya,“ Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran) ...“

Teks yang diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi sama dengan riwayat ini, hanya saja terdapat tambahan di awal hadits: Rasulullah saw tidak membacakan kepada jin, juga tidak melihat mereka. Ia berangkat bersama sejumlah sahabatnya.

Al-Asqalani berkata : Seolah-olah Bukhari sengaja membuang lafadzh ini, karena Ibnu Mas’du menyebutkan bahwa Nabi saw membacakan kepada jin. Maka riwayat Ibnu Mas’du didahulukan daripada penafikan Ibnu Abbas. Bahkan Muslim telah mengisyaratkan hal ini, kemudian meriwayatkan hadits Ibnu Mas’du setelah hadits Ibnu Abbas ini. Nabi saw bersabda: "Telah datang kepadaku seorang penyeru dari bangsa jin, lalu aku berangkat bersamanya, kemudian akau bacakan al-Quran kepadanya.“ Antara dua riwayat ini dapat dikompromikan dengan mengatakan bahwa peristiwa terjadi beberapa kali.

Riwayat Muslim, Bukhari dan Tirmidzi ini berbeda dengan riwayat Ibnu Ishaq dalam dua segi. Pertama, riwayat Ibnu Ishaq tidak menyebutkan bahwa Nabi saw shalat bersama para sahabatnya. Bahkan riwayat Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa Nabi saw shalat sendirian. Padahal, riwayat-riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw mengimami sahabatnya. Kedua, riwayat Ibnu Ishaq tidak menentukan shalat subuh, sementara riwayat-riwayat lain menyebutkannya.

Menyangkut riwayat Ibnu Ishaq tidak ada masalah. Tetapi menyangkut riwayat-riwayat lain timbul dua kemusykilan. Pertama, Nabi saw berangkat ke Thaif dan pulang darinya, sebagaimana anda ketahui hanya disertai oleh Zaid bin Haritsa. Maka bagaimana mungkin Nabi saw shalat bersama para sahabatnya ? Kedua, shalat lima waktu tidak disyariatkan kecuali setelah Isra’ MI’raj sedangkan Isra’Mi’raj terjadi setelah hijrah Rasulullah saw ke Thaif menurut pendapat Jumhur . Maka bagaimana mungkin Rasulullah saw melaksanakan shalat subuh pada waktu itu ?

Menyangkut kemusykilan pertama dapat dijawab, bahwa mungkin saja Rasulullah saw ketika sampai di Nihlah (sebuah tempat dekat Mekkah) bertemu dengan para sahabatnya , lalu shalat subuh bersama mereka di tempat tersebut.

Menyangkut kemusykilan kedua dapat dijawab bahwa peristiwa mendengarnya jin terhadap bacaan al-Quran ini terjadi lebih dari sekali. Pernah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan pernah juga diriwayatkan oleh Ibnu Mas’du. Kedua riwayat ini sama-sama sahih. Dan pendapat inilah yang diambil oleh jumhur ulama peneliti. Ini jika kita mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa Isra’ dan MI’raj terjadi setelah hijrah ke Thaif. Tetapi jika kita mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi sebelum hijrah ke Thaif, maka tidak lagi ada kemusykilan.

Yang perlu kita ketahui, setelah penjelasan di atas bahwa setiap Muslim wajib mengimani adanya jin, dan bahwa mereka adalah makhluk hidup yang juga dibebani oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya sebagaimana kita, kendatipun semua indera kita tidak dapat menjangkaunya. Sebab Allah memang menjadikan eksistensi mereka di luar jangkauan kemampuan mata kita. Apalagi, mata kita hanya bisa melihat beberapa benda tertentu, dengan ukuran tertentu , dan dengan syarat-syarat tertentu.

Karena keberadaan makhluk ini didasarkan atas berita yang mutawatir dari al-Quran dan Sunnah, maka kaum Muslim telah sepakat bahwa setiap orang yang mengingkari atau meragukan keberadaan jin adalah murtad dan keluar dari Islam. Sebab mengingkari sesuatu yang bersifat aksiomatik di dalam islam, di samping merupakan pendustaan terhadp kabar mutawatir yang datang kepada kita dari Allah dan Rasul-Nya.

Jangan sampai ada orang berakal sehat yang terjerumus ke dalam kedunguan karena tidak mau meyakini sesuatu yagn tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, kemudian menolak keberadaan jin hanya karena dia tidak melihat jin.

"Kebodohan intelektual“ seperti ini akan mengharuskan pengingkaran terhadap setiap benda atau makhluk ghaib hanya karena tidak dapat dilihat. Padahal kaidah ilmiah yang sudah terkenal mengatakan: Tidak dapat dilihatnya sesuatu tidak berarti tidak adanya sesuatu tersebut.

Kelima, apa pengaruh semua peristiwa disaksikan dan dialami oleh Rasulullah saw selama perjalannya ke Thaif ini pada dirinya ?

Jawabannya, terhadap pertanyaan ini nampak jelas dalam jawaban Rasulullah saw kepada Zaid bin Haritsa ketika Zaid bertanya kepadanya dengan penuh keheranan: "Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, wahai Rasulullah saw, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“

Dengan tenang dan penuh keyakinan Rasulullah saw menjawab : "Hai Zaid! Sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi kita jalan keluar sebagaimana yang akan engkau lihat nanti. Sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya."

Jelas bahwa semua yang disaksikan dan dialaminya di Thaif setelah penyiksaan dan penganiayaan yang dialaminya di mekkah, tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap keyakinannya kepada Allah, atau melemahkan kekuatan tekadnya yang positif di dalam jiwanya.

Demi Allah ! Ini bukanlah ketabahan manusia biasa yang memiliki kekuatan lebih dalam menghadapi penderitaan dan tekanan. Tetapi ia adalah keyakinan Nubuwwah yang telah menghujam dalam di dalam hatinya. Rasulullah saw mengetahui bahwa segala tindakkannya itu semata-mata untuk menjalankan perintah Allah dan berjalan di atas jalan ynag diperintahkan-Nya, beliau tidak pernah ragu sedikitpun bahwa Allah pasti akan memenangkan urusan-Nya, dan bahwa Dia telah menjadikan ketentuan bagi tiap sesuatu.

Pelajaran yang dapat kita ambil dalam hal ini, bahwa semua penderitaan dan rintangan yang ada di jalan dakwah Islam tidak boleh menghalangi atau menghentikan perjuangan kita, atau mengakibatkan kegentaran dan kemalasan dalam diri kita, selama kita berjalan di atas petunjuk keimanan kepada Allah. Siapa saja yang telah mengambil bekal kekuatannya dari Allah, maka dia tidak akan pernah mengenal putus asa atau malas. Selama Allah yang memerintahkan, pasti Dia akan menjadi penolong dan pembela.

Kehinaan, kemalasan dan putus asa akibat penderitaan dan rintangan, hanya akan dialami oleh orang yang menganut prinsip dan ideologi yang tidak diperintahkan Allah. Sebab mereka hanya mengandalkan kepada kekuatannya sendiri, kekuatan manusia yang serba terbatas. Segala bentuk kekuatan dan ketabahan manusia akan berubah dan terancam kehancuran dan kelesuan manakala mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang panjang mengingat ukuran kekuatan manusia yang serba terbatas.

Like Ya sahabat... Jangan Lupa juga Isi Buku Tamunya, Biar aku Bisa Berkunjung Balik :) makasih......

×